IHSG Dibuka Naik Menjadi 4.240, Kurs Rupiah Stagnan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (30/12) dibuka naik 0,65 persen ke posisi 4.240 seiring dengan penguatan bursa saham regional. Pada saat yang sama, dolar diperdagangkan stagnan di Rp 12.274.
IHSG BEI dibuka naik 27,41 poin atau 0,65 persen dibanding penutupan pekan lalu menjadi 4.240,39. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 7,06 poin (1,01 persen) ke posisi 708,54.
“Laju positif dari bursa saham regional menjadi salah satu faktor penyangga IHSG BEI dapat bertahan di area positif pada hari terakhir perdagangan di tahun 2013 ini,” kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Meski demikian, lanjut dia, penguatan indeks BEI diperkirakan terbatas menyusul sebagian pelaku pasar masih menanti data ekonomi domestik yang akan dirilis setelah libur tahun baru dan nilai tukar rupiah yang cenderung masih dalam tren negatif.
“IHSG pada Senin ini diperkirakan bergerak pada rentang 4.168-4.263,” kata Reza.
Sementara itu Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah menambahkan jika merujuk pada data atau catatan perdagangan pada hari terakhir penutupan tahun, dalam lima tahun terakhir, IHSG selalu mengalami kenaikan.
“Dengan berasumsi pada data historis itu maka probabilitas kenaikan IHSG pada penutupan akhir tahun 2013 lebih besar dibandingkan dengan peluang pelemahannya,” katanya.
Namun, lanjut dia, peluang kenaikan indeks BEI perlu mendapat dukungan positif dari pasar, mengingat potensi koreksi juga masih cukup terbuka.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng menguat 41,66 poin (0,18 persen) ke posisi 23.284,90, indeks Nikkei-225 naik 50,54 poin (0,31 persen) ke 16.229,82 dan Straits Times menguat 11,98 poin (0,37 persen) ke posisi 3.161,04.
Rupiah Senin di Posisi Rp 12.274
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (30/12) pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 12.274 per dolar AS.
“Menjelang libur akhir tahun laju nilai tukar rupiah cenderung mendatar atau minim fluktuasi. Namun, rupiah masih berpotensi tertekan menyusul kenaikan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ketiga,” ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Selain itu, lanjut dia, dampak dari pengurangan stimulus keuangan (tapering off) The Fed pada Januari 2014 juga masih membayangi nilai tukar rupiah.
“Sementara itu, dari dalam negeri juga belum ada sentimen yang cukup untuk mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” kata dia.
Analis Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, memperkirakan Bank Indonesia akan menjaga nilai tukar rupiah agar stabil menyusul kebijakan pengurangan stimulus AS pada Januari 2014.
“Kebijakan itu akan mengakibatkan gejolak mata uang terutama bagi negara-negara berkembang, termasuk rupiah,” kata dia.
Ia mengharapkan paket kebijakan ekonomi tahap kedua, yang terdiri atas penyesuaian pengenaan PPh Pasal 22 Atas Impor Barang Tertentu menjadi 7,5 persen dan kemudahan perizinan dan pelayanan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dapat berdampak positif bagi mata uang domestik. (Ant)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...