IHSG Terus Menguat, Rupiah Melemah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM –Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu ditutup melanjutkan penguatan menjadi 4.441 poin didorong sentimen positif bursa regional.
IHSG BEI ditutup naik sebesar 50,82 poin atau 1,14 persen ke posisi 4.441,59. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 10,72 poin (1,42 persen) ke level 752,46.
“IHSG BEI ditutup menguat didorong oleh sentimen positif dari bursa regional dimana bursa Dow Jones pada pekan lalu ditutup menguat didukung oleh data penjualan ritel AS,” kata analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono di Jakarta, Rabu (15/1).
Selain itu, lanjut dia, investor global tampaknya juga sedang dilanda optimisme terhadap pemulihan ekonomi global. Bank Dunia juga merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari tiga persen menjadi 3,2 persen akibat pemulihan yang terjadi pada negara maju.
Ia memproyeksikan bahwa pada Kamis (16/1), indeks BEI bergerak di kisaran 4.393--4.470 poin, ruang kenaikan bagi indeks BEI relatif terbatas dan mulai dibayangi aksi ambil untung.
“Beberapa saham unggulan dari sektor perbankan yang menjadi pendorong naiknya indeks BEI tampaknya mulai mendapat tekanan jual,” kata dia.
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 285.587 kali dengan volume mencapai 5,50 miliar lembar saham senilai Rp 6,96 triliun.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng menguat 110,72 poin (0,49 persen) ke level 22.902,00, indeks Nikkei naik 386,33 poin (2,50 persen) ke level 15.808,73 dan Straits Times menguat 19,50 poin (0,62 persen) ke posisi 3.143,25.
Rupiah Rabu Sore Bergerak Melemah
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 77 poin menjadi Rp 12.067 dibanding sebelumnya Rp 11.990 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa data penjualan ritel AS yang positif serta pernyataan beberapa pejabat the Fed yang menginginkan pelaksanaan pengurangan stimulus keuangan tetap dilanjutkan tahun ini membuat dolar AS menguat.
“Investor masih cemas dengan kebijakan the Fed untuk melanjutkan pengurangan jumlah pembelian obligasi,” kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, secara teknikal pada grafik harian, menunjukkan bahwa masih ada potensi penguatan bagi mata uang rupiah untuk dalam jangka menengah.
Dari sisi fundamental, Zulfirman Basir mengatakan bahwa adanya beberapa pengecualian atas larangan ekspor mineral Indonesia telah memberikan harapan bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia mungkin tidak akan seburuk estimasi sebelumnya.
“Kondisi itu dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah ke depannya,” kata dia.
Sementara itu, Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa beberapa pelaku pasar masih menilai positif data ekonomi Indonesia menahan koreksi nilai tukar rupiah lebih dalam.
“Diperkirakan masih ada potensi penguatan bagi rupiah untuk dalam jangka menengah,” kata dia.
Rully menambahkan pelaku pasar keuangan domestik juga sedang menanti keputusan rapat the Fed yang rencananya diselenggarakan pada 18-19 Januari mendatang.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (15/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 12.077 dibanding sebelumnya (13/12) di posisi Rp 12.047 per dolar AS. (Ant)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...