Ikan Pari Tutul Baru Temuan LIPI
SATUHARAPAN.COM - Ikan pari dikenal sebagai biota laut bernilai ekonomis tinggi. Tidak ada yang tidak berguna dari ikan pari. Kulit, daging, ekor, sampai isi perut masing-masing punya nilai ekonomis tinggi.
Dr Irma Shita Arlyza dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), peneliti molekuler ikan pari, pada penggal awal April lalu mempublikasikan spesies baru ikan pari tutul kecil temuannya di Media Center LIPI, Kampus LIPI Gatot Subroto, Jakarta.
Spesies baru yang ditemukan Irma itu dinamai pari tutul kecil (Himantura tutul) karena corak mirip macan tutul di bagian punggungnya. "Spesies baru ini berbeda dengan spesies pari tutul lainnya karena coraknya yang berbentuk segi delapan dan kecil-kecil," kata Irma, seperti bisa dibaca di siaran pers LIPI di lipi.go.id.
Spesies tersebut, Irma meyakinkan, merupakan penemuan pertama dalam skala nasional dan juga internasional. Di Indonesia sebelumnya ada tiga jenis, yaitu Himantura leoparda, Himantura uarnak, dan Himantura undulata. Penemuan itu sekaligus membuktikan jenis baru ini jelas dapat dipisahkan dari tiga kerabat terdekatnya itu, yang umum dijumpai di perairan tropis Indo-Pasifik Barat.
Irma meneliti pari tutul kecil sejak 2007. Ikan itu ditemukan di empat lokasi berbeda, yakni Laut Jawa, kawasan perairan Singaraja Bali Utara, kawasan perairan selatan Jawa, serta Selat Sunda.
Dalam bahasa Indonesia, ikan pari ini diusulkan disebut sebagai pari tutul kecil dan dalam bahasa Inggris sebagai Fine-spotted whipray. Jenis baru dari genus Himantura ini masuk dalam keluarga Dasyatidae.
Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan Prancis dan juga melibatkan peneliti Taiwan itu telah dipublikasikan di jurnal Comptes Rendus Biologies pada Juli 2013. Penelitian terus dilakukan untuk melihat kemungkinan persebarannya juga di luar empat lokasi tadi. Laman sci-news.com menyebutkan persebarannya meliputi wilayah selatan Lautan India, Laut China Selatan, dan Laut Sulu.
Pari tutul kecil ini bisa berukuran besar dengan lebar hingga sekitar 1,5 meter dan panjang 4 meter, dengan ekor sangat berbisa. Pari ini baru memijah pada usia sekitar 5 – 10 tahun, dengan jumlah anak sangat kecil. Tak heran keberadaannya rentan terhadap ancaman kepunahan terutama karena penangkapan yang berlebihan. “Identifikasi jenis baru ini memberikan masukan yang penting untuk upaya konservasinya,” ujar Irma.
“Identifikasi jenis baru itu memberikan masukan penting untuk upaya konservasinya,” Irma menekankan.
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...