Ikrar Kebangsaan di Peringatan Hari Lahir Pancasila
SATUHARAPAN.COM – Sekitar seribu warga dari berbagai latar belakang agama hari Kamis (1/6) sore menyelenggarakan peringatan Hari Lahir Pancasila di taman kota Waduk Ria Rio, Jakarta Timur. Acara diselenggarakan oleh Gerakan Kebangsaan Indonesia, WKPUB (Wadah Komunikasi dan Palayanan Umat Beragama), dan Kapela (Kelompok Pemuda Pancasila).
Pada acara itu peserta umumnya mengenakan pakaian bernuansa merah dan putih. Mereka juga menyampaikan ikrar kebangsaan yang menyatakan sebagai satu bangsa, meskipun berbeda agama, etnis dan warna kulit, dan tetap sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Mereka bertekad menjaga NKRI dengan tidak menilai orang atas dasar agama, etnis dan warna kulit.
Ikrar yang dibacakan dengan pemandu Pendeta Alexander Urbanus itu juga menyatakan mereka bertekad berlaku adil bagi semua orang, dan tidak memusuhi semua orang, tanpa kecuali. Serta berusaha menumbuhkan kebaikan dalam kehidupan bangsa dan negara.
‘’Kami berusaha terus menjadi manusia yang berintegritas yang tidak menyebarkan fitnah dan kebencian yang bisa menganggu kesatuan kehidupan bangsa. Kami akan tetap mempertahankan NKRI mulai dengan menyatakan dalam diri kami. Tetap NKRI,’’ Kata pernyataan itu di bagian akhir.
Doa Lintas Agama
Acara yang berlangsung sekitar dua jam di waduk yang telah diperindah menjadi taman kota itu, juga diisi doa lintas agama. Romo Basuki dari Katolik berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara, dan untuk para pemimpin pemerintahan agar diberi kesehatan dan kebijaksanaan.
Sementara doa yang dipimpin KH Yus Fadillah memohon agar Indonesia menjaga persatuan dan mensyukuri kebhinekaan yang merupakan rakmat dan kehendak Tuhan. Serta memohon diberi kekuatan untuk bisa menukar kejahatan dengan kebaikan, kebencian dengan belas kasih, dan ketidak-adilan dengan keadilan.
Yus Fadillah dalam sambutannya juga mengungkapkan bahwa keberagaman dalam bangsa Indonesia adalah rahmat dan kehendak Tuhan. Menolak hal itu berarti menolak kehendak Tuhan. Sementara Penatua Eko Nugroho, mewakili Kristen Protestan dalam doanya mengungkapkan syukur atas Tanah Air yang kaya dan kebhinekaan warganya.
Pondasi Bangsa
Ketua GKI Sinode Wilayah Jabar, Pdt. Sheph Davidy Jonazh, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Pancasila adalah pondasi bangsa. Sebuah bangunan akan goyah dan runtuh, jika pondasinya dirusak. NKRI juga bisa goyah jika Pancasila diganggu.
Dia menyerukan agar kita jangan ‘’tidur’’ ketika harta terbesar itu sekarang sedang diganggu. ‘’Apapun agama dan etnis kita, kita tidak bisa tidak untuk menghargai harta itu, dasar negara Pancasila,’’ kata dia.
Dia mengajak untuk mewujudkan sikap itu dalam kehidupan nyata berbangsa dan bernegara dengan menyatakan semua sebagai saudara tanpa memandang perbedaan agama, etnis dan status. Dengan itu diharapkan bisa memperkuat bangsa Indronesia untuk melewati masa sulit tersebut.
Pada acara itu peserta dengan antusia menyanyi ‘’Saya Indonesia. Saya Pancasila’’ serta sejumlah lagu nasional lainnya. Sejumlah puisi dengan pesan kebangsaan disampaikan sejumlah peserta, termasuk oleh Ketua WKPUB, Pdt Hosea Sudarna. Sedangkan naskah Pancasila dibacakan peserta dengan pemandu dari Kapela. Lagu kebangsaan ‘’Indonesia Raya’’ dinyanyikan dengan khidmat mengalhiri acara tersebut.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...