Ikut Kelompok PA Ingin Bongkar Kristen, Remaja Ini Kaget
SATUHARAPAN.COM – Sesuatu yang sama sekali tidak terduga terjadi ketika seorang remaja memutuskan untuk menghadiri kelompok Pemahaman Alkitab dan berpura-pura menjadi seorang Kristen dalam upaya untuk “membongkar” argumen Alkitabiah.
Caleb Kaltenbach, yang sepuluh tahun kemudian menjadi pendeta Gereja Discovery di Simi Valley, California, teringat saat ia membenci iman Kristen saat masih kanak-kanak setelah melihat penganiayaan mencolok terhadap komunitas gay.
Setelah itu, kebenciannya pada kekristenan tumbuh karena alasan pribadi. Ibu dan ayahnya mulai mengikuti gaya hidup gay setelah bercerai ketika ia berusia dua tahun.
Kaltenbach—penulis buku Messy Grace—mengatakan kepada The Church Boy bahwa ibunya bangga dengan gaya hidupnya. Dan, ibu dan pasangan ibunya ingin dia “akrab dengan komunitas LGBT”. LGBT adalah singkatan dari Lesbian Gay Biseksual dan Transgender. Jadi, mereka mulai membawa dia untuk ikut parade dan acara LGBT di usia muda.
Di salah satu acara, dia melihat orang-orang mengidentifikasi diri sebagai orang Kristen memegang poster yang berbunyi, “Tuhan Benci Kamu” dan “Bertobatlah atau Masuk Neraka”. Kaltenbach juga mengingat para demonstran tersebut menyemprot air dan urine ke para gay dan lesbian yang berbaris dalam parade.
“Saya melihat ibu. Saya masih di sekolah dasar dan saya masih ingat kata-kata ini. Tanya saya, ‘Ibu, mengapa mereka bertindak seperti ini?’” Kaltenbach ingat. “Dan dia berkata, ‘Yah Caleb, mereka orang-orang Kristen. Orang Kristen tidak suka orang-orang yang berbeda dari mereka.’”
Itulah pesan—dan persepsi tentang orang Kristen—yang selalu ia ingat. Jadi, ketika Kaltenbach di SMA ia memutuskan untuk menghadiri sebuah kelompok Pemahaman Alkitab dalam upaya untuk membuktikan kepada orang-orang Kristen bahwa mereka memiliki ideologi dan teologi yang salah.
“Saya dibesarkan di SMA yang membenci kekristenan, dan jadi saya memutuskan bahwa saya ingin menyerang Kristen,” katanya. “Di sini [adalah] rencana saya, dan itu tidak bekerja terlalu baik. Saya diundang untuk studi Alkitab ini oleh seorang teman ... jadi saya pikir, ‘Ok, saya akan pergi berpura-pura menjadi seorang Kristen, saya akan belajar Alkitab dan saya akan membongkar argumen mereka karena tidak boleh ada orang yang jadi pengikut seseorang seperti Yesus yang membenci orang.’”
Kaltenbach mulai menghadiri studi Alkitab, tapi dengan cepat belajar bahwa Yesus penuh kasih dan tidak seperti orang-orang di jalan yang memegang poster kebencian dan melemparkan urine. Itu adalah pelajaran yang selamanya mengubah hidupnya.
“Yesus memiliki standar yang dia ajarkan supaya kita hidup kudus. Tapi, sejauh yang saya telah lihat dari orang-orang yang memperlakukan komunitas ibu saya, memang ada kebenaran tapi tidak ada kasih karunia, cinta, belas kasih,” katanya. “Jadi, saya hanya melihat Yesus dalam cahaya yang berbeda. Karena kasih Yesus, saya memberikan hidup saya kepada Tuhan.”
Ketika Kaltenbach pulang dan mengumumkan bahwa ia telah menjadi seorang Kristen, orangtuanya awalnya tidak setuju. Dan, ketika ia menjelaskan bahwa pandangannya tentang seksualitas telah berubah dan bahwa ia “tidak percaya bahwa hubungan sesama jenis adalah bagian dari rencana Tuhan”, orangtuanya sempat tidak mengakuinya sebagai anak.
Tapi, Kaltenbach terus yakin dengan iman barunya itu. Dan, ia menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari ayat-ayat Alkitab yang membahas subjek homoseksualitas. (theblaze.com)
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...