Loading...
RELIGI
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 04:04 WIB | Minggu, 13 Desember 2015

Ikut Perayaan Natal, Gus Nuril Singgung Toleransi Beragama

Ibadah perayaan Natal Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan Kasih Agape (GBI KKA) digelar pada hari Jumat (11/12), di Gedung BKOW Jakarta Timur. (Foto: Febriana Dyah Hardiyanti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ibadah perayaan Natal yang dilaksanakan Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan Kasih Agape (GBI KKA) bersama Badan Koordinasi Nasional: Gerakan Mencegah Daripada Mengobati (BAKORNAS GMDM), HMT Ministry, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN), Bareskrim Polri Direktorat Narkoba, Kementerian Sosial Republik Indonesia, Forum Organisasi Kemasyarakatan Anti Narkoba Nasional (FOKAN), Kodam Jaya, Baladhika Karya, Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN), Ronny Pattinasarany Foundation, dan sejumlah komunitas motor di wilayah Jakarta, hari Jumat (11/12), di Gedung BKOW Jakarta Timur, menghadirkan DR KH Nuril Arifin Husen MBA (Gus Nuril), Pimpinan Pondok Pesantren Soko Tunggal Jakarta dan Semarang.

Tema yang diangkat dalam ibadah perayaan Natal bersama tersebut adalah “Arti Kehadiranmu Tuhan”, dengan pembicara Pendeta Jefri Tambayong dari Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan Kasih Agape (GBI KKA).

“Pastikan Tuhan selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan kita agar terang itu selalu bersinar. Keadaan dunia ini bukan semakin mudah, karena kehancuran demi kehancuran marak terjadi, tetapi selalu ada harapan sekalipun di dalam hal yang dianggap manusia adalah mustahil,” kata Pendeta Jefri ketika mengawali kotbahnya.

Ibadah perayaan Natal bersama ini mengangkat Nats Alkitab dari Yesaya 41:10 yang berbunyi: “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

Pendeta Jefri dalam kotbah singkatnya mengatakan bahwa Nats Alkitab itu selalu mengingatkan manusia agar tidak gentar dalam menjalani kehidupan. Pendeta Jefri menekankan bahwa ketika manusia merasa merasa dirinya tidak berharga, tetapi sesungguhnya bagi Tuhan, manusia adalah berharga dan ciptaanNya yang sempurna.

Dalam ibadah ini, turut hadir para mantan pengguna dan pengedar narkoba yang telah sembuh dan bertobat. Mereka terlihat bersukacita atas kesempatan yang selalu diberikan Tuhan di dalam kehidupan, hal itu tampak jelas ketika mereka diminta oleh Pendeta Jefri mengangkat tangan di tengah para undangan.

Pendeta Jefri menyampaikan bahwa masa depan manusia sudah dijamin oleh Tuhan dan tidak dapat direnggut oleh apapun apabila Tuhan selalu dihadirkan dalam setiap langkah dan usaha manusia menggapai cita-cita.

Selain itu, Pendeta Jefri sangat bersukacita atas ibadah Natal bersama tersebut karena dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat, tidak memandang agama maupun suku apapun. Semua berbaur menjadi satu dalam ibadah perayaan Natal bersama tersebut.

Gus Nuril sebagai Pimpinan Pondok Pesantren juga merasakan hal yang sama dalam ibadah perayaan Natal bersama itu. Gus Nuril memberikan banyak pesan Natal yang menggugah para hadirin untuk selalu menjunjung toleransi beragama di Indonesia. Dia menyayangkan atas segala konflik dan peperangan yang terjadi akhir-akhir ini di dunia hanya karena permasalahan beda agama. Gus Nuril menegaskan bahwa tidak mungkin terjadi kehancuran apabila umat manusia saling menghormati dan menghargai.

“Saya yakin bahwa semangat Natal ini mampu menerangi dan memberkati setiap orang, kita harus bersuka cita bersama. Kita harus punya komitmen besar bagi kemajuan bangsa. Kita bisa saling bergandengan tangan tanpa membeda-bedakan agama. Pesan Tuhan begitu kuat pada kita semua hari ini, bukan hanya orang Kristen yang membutuhkan damai itu, tetapi semua orang, semua agama. Mari kita utamakan hukum tertinggi, yaitu kasih,” ujar Gus Nuril dalam pesan Natalnya.

Gus Nuril juga menyoroti isu dunia, yaitu isu akan akan ada pelarangan orang beragama Islam untuk bisa masuk ke Amerika. Gus Nuril berharap bahwa umat Kristen di Indonesia tidak menyepakati isu tersebut. Isu tersebut menurutnya justru semakin membuat hancur persatuan umat beragama yang ada. Gus Nuril menyayangkan kebijakan-kebijakan yanng tidak mengutamakan kasih.

Gus Nuril dalam perayaan Natal bersama itu juga mengajak para tamu menyanyikan lagu Malam Kudus yang biasa dinyanyikan oleh umat Kristen di malam Natal. Dia memimpin para tamu untuk menyanyikan lagu Malam Kudus versi bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Selain itu, Gus Nuril bersama Pendeta Jefri, pimpinan lembaga-lembaga pemerintahan, ketua lembaga-lembaga sosial, dan perwakilan komunitas bersama-sama menyalakan lilin Natal.

Profil Gus Nuril Arifin Husein

Dilansir dari IslamCendekia.com, nama Gus Nuril semakin melambung, setelah dirinya memimpin pasukan berani mati, saat Presiden Gus Dur hendak dilengserkan.

Nama Gus Nuril juga semakin dikenal publik ketika dirinya dengan senang berceramah lintas agama di gereja-gereja dan tempat ibadah lainnya, seperti Vihara dan Kelenteng. Sontak, dakwah Gus Nuril menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk ulama dan kiai sendiri.
Puncaknya, ketika Gus Nuril diminta untuk turun paksa oleh Habib Ali bin Husein Assegaf sebagai Pimpinan Majlis Ta'lim Nurul Habib. Ia diusir lantaran dinilai ceramahnya tentang sejarah Islam, Wahabi, dan Penyebaran Islam di Indonesia berasal dari Cina berlalu provokatif dan tidak sesuai dengan tema.

Namun, pengusiran memalukan sesama pendakwah tersebut berbuah manis bagi Gus Nuril. Sejak peristiwa itu, ia justru semakin dikenal publik. Banyak agenda yang mendatangkan beliau sebagai pendakwah.


Banyak media Islam yang menulis Gus Nuril dari berbagai sisi. Ada yang mendukung, ada juga yang menghujat, mencemooh, dan menghina. "Kiai ora waras”, begitu sebutan untuk Gus Nuril.

Ia juga dijadikan tokoh yang bersebarangan dengan ormas Front Pembela Islam (FPI). Banyak kalangan dari Islam garis keras yang kemudian berhadapan dengannya.

Hal tersebut disebabkan gaya pemikiran Gus Nuril yang dianggap menyimpang, nyeleneh, dan tidak lumrah. Maka tidak heran jika ulama ini ditentang keras dengan umat Islam seperti FPI.

Sesat, sesat, dan sesat. Sematan ini seolah sudah kenyang bagi Gus Nuril. FPI dan aliran Islam radikal lainnya sepertinya acapkali melontarkan kalimat tersebut padanya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home