Ilmuwan Hitung Air Yang Pernah Ada di Laut Primitif Mars
SATUHARAPAN.COM - Sebuah laut primitif yang terdapat di Mars diperkirakan memiliki air lebih banyak daripada Samudra Arktik di planet Bumi. Demikian menurut para ilmuwan NASA yang menggunakan observatorium yang berbasis di darat, menganai jejak adanya air di Planet Merah itu.
Para ilmuwan telah mencari jawaban mengapa pasokan air yang luas ini hilang dari permukaan Mars. Serangkaian pengamatan dan perhitungan ditampilkan dalam majalah Science, edisi Kamis (5/3), seperti dikutip situs NASA.
"Penelitian kami memberi perkiraan berapa banyak air yang pernah ada di Mars, dengan menentukan berapa banyak air yang hilang ke angkasa," kata Geronimo Villanueva, seorang ilmuwan NASA pada Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland. Dia penulis utama artikel tersebut.
"Dengan pekerjaan ini, kita dapat lebih memahami sejarah air di Mars," kata dia. Kemungkinan sekitar 4,3 miliar tahun lalu, Mars memiliki air yang cukup untuk menutupi seluruh permukaannya dengan kedalaman lapisan cair sekitar 450 kaki (137 meter).
Lebih mungkin, air akan membentuk lautan dan menempati hampir setengah dari belahan utara Mars. Di beberapa daerah kedalamannya mencapai lebih dari satu mil (1,6 kilometer).
Kandungan H2O dan HDO
Perkiraan baru ini didasarkan pada pengamatan rinci yang dibuat dengan Telescop yang sangat besar milik European Southern Observatory di Chile, dan WM Keck Observatory, serta NASA Infrared Telescope Facility di Hawaii.
Dengan instrumen yang kuat ini, para peneliti bisa membedakan jejak kimia dari dua bentuk yang sedikit berbeda dari air di atmosfer Mars. Salah satunya adalah H2O. Yang lainnya adalah HDO, sebagai variasi alami di mana satu hidrogen digantikan oleh bentuk yang lebih berat, yang disebut deuterium.
Dengan membandingkan rasio HDO ke H2O dalam air di Mars saat ini dan membandingkannya dengan rasio air terperangkap di meteorit Mars yang berasal dari sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, para ilmuwan dapat mengukur perubahan atmosfer berikutnya dan menentukan berapa banyak air yang telah menguap ke ruang angkasa.
Tim memetakan tingkat kandungan H2O dan HDO beberapa kali selama hampir enam tahun, yang setara dengan kira-kira tiga tahun Mars. Hasil data itu merupakan snapshot global masing-masing senyawa, serta rasio mereka. Peta yang pertama mengungkapkan variasi regional yang disebut iklim mikro dan perubahan musim, meskipun Mars modern pada dasarnya adalah gurun.
Waduk Air
Tim peneliti sangat tertarik daerah Mars di dekat kutub utara dan selatan, karena es di kutub terus menjadi terbesar di planet ini yang dikenal sebagai waduk air. Air disimpan di sana diduga dari evolusi air Mars selama periode Noachian basah, yang berakhir sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu, hingga saat ini.
Dari pengukuran air atmosfer di wilayah dekat kutub, para peneliti menentukan jumlah relatif dari dua jenis air, di lapisan es yang permanen di planet itu. Pengayaan es memberitahu mereka bagaimana Mars harus kehilangan banyak air; yang volumenya 6,5 kali lebih besar dari volume di kutub sekarang. Itu berarti volume laut awal Mars dipasti setidaknya 20 juta kilometer kubik (atau 5 juta mil kubik).
Berdasarkan permukaan Mars saat ini, lokasi yang kemungkinan terdapat air ini berada di dataran utara, yang dianggap sebagai tempat yang baik karena tanahnya rendah dan datar. Lautan kuno yang dibahas itu sekitar 19 persen dari permukaan planet. Sebagai perbandingan, Samudera Atlantik menempati 17 persen dari permukaan bumi.
"Dengan Mars kehilangan banyak air, planet itu sangat mungkin basah pada jangka waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu menunjukkan kemungkinan telah ada lebih lama," kata Michael Mumma, ilmuwan senior di Goddard dan penulis kedua di paper itu.
Misi Mars
NASA sedang mempelajari Mars dengan sejumlah pesawat ruang angkasa dan rovers di bawah badan Mars Exploration Program. Wahana ke Mars itu termasuk Opportunity and Curiosity, Odyssey, dan pesawat ruang angkasa Mars Reconnaissance Orbiter. Selain itu, juga pengorbit MAVEN yang tiba di Planet Merah pada bulan September 2014 untuk mempelajari atmosfer atas planet itu.
Pada tahun 2016, misi pendaratan di Mars yang disebut InSight akan diluncurkan untuk melihat pertama kali ke bagian dalam Mars. Badan ini juga berpartisipasi dalam European Space Agency (ESA) 2016 dan misi ExoMars 2018, termasuk menyediakan radio telekomunikasi ESA 2016, pengorbit dan elemen penting dari instrumen Astrobiology pada ExoMars 2018.
Rover NASA berikutnya yang akan menuju ke Mars adalah pada tahun 2020, yang akan membawa instrumen untuk melakukan penyelidikan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Planet Merah.
Mars Exploration Program yang dikembangkan NASA berusaha untuk memahami Mars sebagai sistem yang dinamis, sekarang dan lingkungan masa lalu, siklus iklim, geologi dan potensi biologi. Secara paralel, NASA sedang mengembangkan kemampuan penerbangan dengan awak manusia yang diperlukan untuk misi masa depan pulang-pergi ke Mars pada tahun 2030-an.
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...