Imam Al-Azhar Mesir Serukan Ikhwanul Muslimin Menempuh Pembicaraan Damai
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Imam besar Al-Azhar, Mesir, Ahmed El-Tayyeb, mendesak Ikhwanul Muslimin untuk menerima pembicaraan "solusi damai" sebagai jalan keluar dari kekacauan yang meletus minggu lalu dan menyebabkan korban jiwa ratusan orang.
"Kekerasan tidak membawa hak kepada siapa pun. Legitimasi tidak dimenangkan oleh pertumpahan darah atau menyebarkan kekacauan, " kata El-Tayyeb dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Sabtu (17/8) malam.
"Kami yakin bahwa masih ada kesempatan, harapan dan tempat bagi banyak dari Anda dari yang tidak terbukti menghasut kekerasan untuk mencari perdamaian dan memulai pembicaraan untuk solusi damai," tambahnya.
Semua orang Mesir harus dilibatkan dalam menentukan masa depan negara, tanpa kecuali, setiap fraksi, katanya menegaskan. Dia menambahkan bahwa dalam hal apapun setiap orang harus mematuhi hukum.
"Al-Azhar terus menegaskan kesucian gereja dan bahwa setiap serangan terhadap mereka dengan cara apapun tidak ada hubungannya dengan Islam," kata dia berkaitan dengan serangan terhadap warga Kristen di Mesir, dan puluhan gereja, serta property milik warga Kristen diserang dalam kekerasan.
"Saya tahu bahwa upaya untuk menyeret negara ke dalam perselisihan sektarian ... akan gagal,” kata dia.
Bukan dengan Yang Berlumuran Darah
Sementara itu, Perdana Menteri, Hazem El-Beblawi, Sabtu itu mengatakan, "Kami bertujuan mencapai rekonsiliasi, tetapi tidak dengan yang tangannya berlumur darah, bukan dengan mereka yang mengangkat senjata melawan negara, lembaga dan orang-orang menghendaki rekonsiliasi. Bukan dengan orang-orang yang melanggar hukum. "
Namun sejauh ini tidak ada undangan resmi dari pemerintah untuk pembicaraan rekonsiliasi yang disampaikan kepada publik. SEdangkan pimpinan Ikhwanul Muslimin yang melakukan aksi pendudukan tetap menyerukan pemulihan kedudukan Mohammed Morsi sebagai presiden.
Dalam sebuah konferensi pers, ditayangkan rekaman video oleh pemerintah yang menggambarkan aksi terorganisir pada hari Sabtu di antara pengunjuk rasa di di Masjid Rabaa Al-Adawiya, Kairo yang bertekad mengaturdan membakar perlawanan masyarakat. "Mesir tidak memiliki pilihan lain, selain memerangi terorisme," kata pemerintah.
Sebelumnya telah ada upaya untuk menengahi antara Ikhwanul Muslimin dan pemerintah sementara untuk menemukan solusi damai. Al-Azhar adalah otoritas Muslim Sunni yang disegani di dunia. Lembaga ini menyerukan pertemuan dengan semua kekuatan politik untuk membahas solusi damai dari krisis tersebut.
Namun, Ikhwan terus menyerukan kembalinya Morsi sebagai syarat untuk negosiasi. Juru bicaranya, Gehad El-Haddad, sehari sebelum bubaran mengatakan bahwa Al-Azhar belum menyampaikan undangan apapun untuk pembicaraan itu.
Kerusuhan yang dimulai dari pembubaran demonstran terjadi termasukm pengrusakan terhadap kantor polisi, gereja dan fasilitas umum. Kementerian Dalam Negeri Mesir mengumumkan bahwa mereka akan menembak siapapun yang mencoba menyerang lembaga kepolisian.
Dalam pernyataan di televisi El-Tayyeb, dia juga meminta angkatan bersenjata Mesir melindungi kehidupan rakyat dan meminta mereka "untuk tetap sabar" menghadapi pengunjuk rasa. Dia menekankan bahwa gereja dan semua tempat ibadah harus dilindungi. (ahram.org.eg)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...