Imigran Berpotensi Hidup di Dunia Mereka Sendiri
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM – Seorang imigran baru yang baru saja menjejakkan kaki di sebuah negara berpotensi hidup memiliki dunia sendiri.
Menurut scmp.com, Rabu (3/6) seorang peneliti memperingatkan hal tersebut akan terjadi di Hong Kong, setelah sebuah survei di negara kecil yang bertetangga dengan Tiongkok tersebut terdapat lebih dari 90 persen dari mereka tidak mengambil bagian dalam kegiatan masyarakat dalam setengah tahun.
Studi yang dilakukan mulai dari September 2014 sampai Januari 2015 menemukan bahwa hanya 12 persen dari 1.038 responden yang menyatakan secara pribadi percaya bahwa mereka adalah warga Hong Kong dibandingkan dengan 42 persen yang mengatakan mereka adalah warga Tiongkok, sementara 33 persen dari mereka lebih senang disebut orang Hong Kong yang ada di Tiongkok.
Meskipun hampir 80 persen mengatakan mereka bisa fasih berbahasa Kanton, hanya 60 persen menggunakan dialek lokal dalam kehidupan sehari-hari mereka.
“Seorang imigran harus belajar untuk adaptasi, kalau tidak bagaimana mereka akan membesarkan anak-anak mereka di tanah perantauan,” kata Isabella Ng Fung Sheung, peneliti utama dari studi dan dosen di Departemen Lembaga Studi Asia Dan Kebijakan.
“Dengan populasi penduduk Hong Kong yang semakin menua dan angka kelahiran yang rendah, anak-anak ini penting untuk perkembangan kota di masa depan,” kata Fung Sheung.
Responden adalah imigran baru dari daratan berusia 18 dan lebih yang tinggal di Hong Kong selama empat tahun. Sekitar 90 persen adalah perempuan yang tidak memiliki pekerjaan dan 92 persen lainnya tidak mengerti tentang jaminan sosial.
Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 91 persen tidak menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas sosial, 96 persen tidak menghadiri acara yang diselenggarakan oleh anggota pemerintah daerah, 99 persen tidak bergabung dengan partai politik' kegiatan, 98 persen tidak ikut kegiatan yang diadakan oleh pemilik properti 'komite dan 89 persen tidak ikut serikat pekerja.
Ng mengatakan jika mereka memiliki pekerjaan, mereka harus berurusan dengan orang-orang Hong Kong atau mereka akan tenggelam dalam dunia kecil mereka sendiri. Dia mengatakan imigran baru harus terhindar dari diskriminasi karena mereka berkontribusi terhadap keterkungungan mereka.
Survei menunjukkan bahwa 56 persen dari responden merasa bahwa mereka telah didiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari mereka, 60 persen penduduk Hong Kong tidak bisa mentolerir imigran baru. (scmp.com).
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...