In Motion, Gerak Dua Seniman Satu Atap
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah dua tahun seolah menghilang dari peredaran dunia seni rupa Yogyakarta dan tidak memamerkan karya lukisannya, perupa yang juga musisi Santi Saned kembali pameran berdua. Jika dua tahun lalu Santi pameran berdua dengan Widarsono Bambang memajang karya sketsa-lukisan abstrak di dinding Asmara Art & coffee shop Yogyakarta, 7-20 April 2018 berdua dengan Ronald Efendi kembali Santi berpameran mengusung tajuk "In Motion" di Museum Dan Tanah Liat (MDTL).
Dalam sambutan pengantarnya pengajar jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang telah menjalani purna tugas Sulebar M Sukarman menjelaskan bagaimana perjalanan Ronald dan Santi dengan lukisan abstraknya yang terus konsisten bereksperimen dan eksplorasi dalam membangun ruang dan dimensi.
"(Karya lukis) abstrak adalah sebuah kemerdekaan, bukan sekedar kebebasan. Bagi senimannya dan juga penikmatnya. Jangan tergesa-gesa. Nikmati saja karya (lukis abstrak) secara perlahan-lahan." jelas Sulebar.
Dalam setengah tahun terakhir dunia seni rupa Yogyakarta sedikit banyak diramaikan dengan karya lukisan abstrak dari banyak seniman-perupa. Alasan masing-masing seniman tentu berbeda mulai dari sekedar mencoba keluar dari kejenuhan, eksperimen-eksplorasi hingga beberapa serius mendalaminya.
Jika Ronald hanya bermain goresan abstrak di atas kanvas, Santi lebih membebaskan pada berbagai medium mulai dari kertas, kanvas, kayu, maupun mix-medium, meskipun karya yang dipamerkan dominan dengan medium kertas. Sebelas karya lukisan dalam ukuran sedang (diatas 100 cm) karya Ronald dipajang berdampingan dengan lukisan Santi dalam berbagai ukuran yang tidak terlalu besar.
Pada sebuah karya panel berjudul "Daily Monoloques: in scattered remembrances" Santi memajang 100 karya ukuran 15,5 cm x 10 cm. Sementara tiga karya diantaranya "Rhytm uspoken" medium kayu menjadi bagian yang dominan dalam karya Santi. Eksplorasi Santi pada medium kertas menjadi gerak yang membebaskan karya-karya Santi. Di atas medium kertas lah, karya Santi lebih berbicara.
Dengan ukuran yang relatif besar, karya Ronald relatif lebih "mengundang" mata meskipun sesungguhnya tarikan garis dalam setiap karya dan warna adalah garis-warna yang kuat dan liar seperti pada karya "Black Painting", "Setubuh", "Black Painting". Keliaran karya semakin terasa justru saat Ronal mencoba menyembunyikan dalam karya berjudul "Poise".
Berproses bersama di dalam berkarya untuk mempersiapkan pameran dua seniman "In Motion" menjadi titik singgung menarik. Melalui dialog intensif yang terbangun tentunya akan muncul banyak tawaran pemikiran, sharing ide, hingga hal teknis terkait eksekusi material. Dalam dialog itulah berbagai arah gerak dari masing-masing seniman bisa saling mempengaruhi, mengintervensi, atau bahkan tidak saling bersinggungan satu sama lain. Menjadi tidak sederhana ketika dua seniman-perupa tersebut adalah suami-istri
Pameran dua seniman bertajuk "In Motion" akan berlangsung hingga tanggal 20 April 2018 di Museum Dan Tanah Liat, Kersan Rt. 5, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...