India: Hujan Deras Akibatkan Tanah Longsor, 26 Tewas, 37 Hilang
GUAHATI, SATUHARAPAN.COM-Hujan deras dan batu-batu besar yang jatuh pada hari Sabtu (2/7) menghambat tim penyelamat yang sejauh ini telah mengeluarkan 26 mayat dari puing-puing tanah longsor yang menyapu sebuah situs konstruksi kereta api di timur laut India, kata para pejabat.
Pekerjaan penyelamatan diperkirakan akan berlanjut selama beberapa hari di medan berbukit yang terjal dengan sedikit harapan untuk menemukan korban selamat di antara 37 orang yang masih hilang sejak Rabu (29/6) malam.
Pankaj Kavidayal, seorang petugas penyelamat, mengatakan 21 dari 26 orang yang dikonfirmasi tewas adalah anggota Tentara Teritorial. Personil tentara telah memberikan keamanan bagi pejabat kereta api karena pemberontakan puluhan tahun mencari tanah air yang terpisah untuk kelompok etnis dan suku di daerah tersebut.
Lebih dari 250 tentara, penyelamat dan polisi menggunakan buldoser dan peralatan lainnya terlibat dalam operasi di Noney, sebuah kota dekat Imphal, ibu kota negara bagian Manipur. Mereka telah diperingatkan tentang tanah longsor baru yang dilaporkan di wilayah tersebut pada hari Sabtu. Ekskavator juga digunakan untuk mencari mayat di sungai.
Tiga belas tentara dan lima warga sipil telah diselamatkan dari puing-puing stasiun kereta api, tempat tinggal staf dan infrastruktur lainnya yang sedang dibangun, kata Kavidayal. Curah hujan yang terus-menerus selama tiga pekan terakhir telah mendatangkan malapetaka di timur laut India, delapan negara bagian dan 45 juta penduduk, dan negara tetangga Bangladesh.
Diperkirakan 200 orang tewas dalam hujan lebat dan tanah longsor di negara bagian Assam, Manipur, Tripura, dan Sikkim, sementara 42 orang tewas di Bangladesh sejak 17 Mei. Ratusan ribu orang mengungsi.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim adalah faktor di balik hujan awal yang tidak menentu yang memicu banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hujan muson di Asia Selatan biasanya dimulai pada bulan Juni, tetapi hujan deras mengguyur India timur laut dan Bangladesh pada awal Maret tahun ini.
Dengan meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim, para ahli mengatakan musim hujan menjadi lebih bervariasi, yang berarti bahwa sebagian besar hujan yang biasanya turun sepanjang musim tiba dalam periode yang lebih singkat. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...