Indonesia Akan Tanggapi Dengan Tepat Insiden Masuknya Kapal China di Laut Natuna
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Posisi Indonesia di Laut Cina Selatan tetap tidak berubah dan negara akan melakukan apa yang tepat untuk memastikan keselamatan di wilayahnya, kata seorang pejabat kementerian luar negeri pada hari Kamis (31/10).
Juru bicara Kemenlu, Roy Soemirat, menjawab pertanyaan tentang tanggapan Indonesia terhadap keberadaan kapal penjaga pantai China di dekat kepulauan Natuna, yang menurut otoritas maritim Indonesia telah ditolak beberapa kali pekan lalu.
“Kami sedang mencari konfirmasi dan bertukar informasi. Dinamika di lapangan akan melibatkan banyak pihak,” katanya dalam konferensi pers.
Indonesia mengatakan pada hari Kamis (31/10) bahwa mereka telah mengusir kapal penjaga pantai China dari perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan dua kali dalam beberapa hari terakhir, langkah terbaru oleh negara Asia Tenggara terhadap tindakan Beijing di jalur perairan strategis tersebut.
Kapal-kapal China terkadang memasuki wilayah yang diklaim Indonesia di Laut Natuna Utara di tepi selatan Laut Cina Selatan, yang memicu protes dari Jakarta.
“Kapal Penjaga Pantai China kembali memasuki yurisdiksi Indonesia di Laut Natuna Utara pada hari Rabu,” kata Badan Keamanan Laut Indonesia dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.
Sebuah kapal penjaga pantai Indonesia mencegat kapal tersebut dan mengusirnya dari wilayah tersebut, katanya.
Badan tersebut mengatakan bahwa kapal tersebut pertama kali memasuki perairan yang disengketakan pada hari Senin (28/10) dan ketika sebuah kapal Indonesia mencoba menghubungi kapal China tersebut melalui radio, penjaga pantai China mengatakan bahwa wilayah tersebut merupakan bagian dari yurisdiksi Beijing.
Kapal tersebut “mengganggu aktivitas survei” yang sedang dilakukan oleh perusahaan minyak milik negara. Sebuah kapal penjaga pantai Indonesia membayangi kapal tersebut dan mengusirnya.
Cadangan minyak dan gas yang sangat besar yang belum dieksploitasi diyakini berada di bawah dasar laut Laut Cina Selatan, meskipun perkiraannya sangat bervariasi.
Insiden tersebut merupakan ujian awal bagi Presiden yang baru dilantik, Prabowo Subianto, yang telah berjanji untuk memperkuat pertahanan wilayah Indonesia.
Pada tahun 2020, Indonesia mengerahkan jet tempur dan kapal perang untuk berpatroli di perairan kepulauan Natuna dalam perselisihan dengan Beijing setelah kapal-kapal China memasuki wilayah tersebut.
Beijing dan Jakarta adalah sekutu ekonomi utama, tetapi negara kepulauan terbesar di dunia itu berusaha menghentikan kapal-kapal asing menangkap ikan di perairannya, dengan mengatakan hal itu merugikan ekonomi miliaran dolar setiap tahunnya.
China mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan dan telah mengabaikan putusan pengadilan internasional bahwa pernyataannya tidak memiliki dasar hukum.
China telah mengerahkan kapal militer dan penjaga pantai dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya untuk mengusir Filipina dari tiga terumbu karang dan pulau-pulau yang secara strategis penting di jalur air yang disengketakan itu.
China juga telah meningkatkan tekanan atas gugus pulau yang disengketakan yang dikendalikan oleh Jepang di Laut Cina Timur, yang mengguncang Tokyo dan sekutu-sekutunya. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...