Indonesia-Denmark Luncurkan Peta Energi Angin
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM Ignatius Jonan bersama Menteri Kerjasama dan Pembangunan Denmark Ulla Tornaes meluncurkan Peta Potensi Energi Angin di Indonesia, di Jakarta pada Selasa (2/5).
Kerjasama ini, merupakan bentuk dukungan pemerintah Denmark kepada Indonesia untuk bisa memenuhi target penggunaan energi terbarukan sebesar 25 persen dari total konsumsi energi nasional tahun 2025.
Hingga 2025, pemerintah menargetkan pengembangan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB) sebesar 2.500 MW.
Peta Potensi Energi Angin Indonesia, menyediakan informasi mengenai potensi energi angin yang dimiliki Indonesia. Sehingga diharapkan dapat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam menentukan wilayah yang memiliki potensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin.
Jonan mengatakan, potensi listrik tenaga angin di tanah air cukup tinggi, namun meski Indonesia merupakan negara kepulauan, tidak semua wilayahnya punya potensi energi angin.
"Kita punya paling tidak 500 kota dan kabupaten di Indonesia, tapi tidak semua butuh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB), jadi Denmark bisa memilih wilayah di mana bisnis ini sesuai," kata Jonan dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Denmark, yang dilansir situs dw.com.
Dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulya, mengatakan Denmark mengakui, bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar pada sektor tenaga angin. Namun sayang, pemanfaatannya belum maksimal. "Investasi pengembangan energi angin sudah jalan satu di Janeponto dan satu di Sidrap masing-masing dengan kapasitas 75 MW dan 70 MW," kata Rida.
Selain mendukung pencapaian target 25 persen energi baru terbarukan hingga tahun 2025, menurut Rida, pengembangan PLTB diharapkan membantu pengurangan emisi sebesar 29 persen di 2030.
Booming Energi Angin di Seluruh Dunia
Kebanyakan pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB) berada di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Boom energi angin kini juga dimulai di Amerika Selatan dan Eropa Timur. Di seluruh dunia, energi angin telah menghasilkan listrik di 100 negara dan memenuhi tiga persen kebutuhan listrik global.
Energi angin ramah iklim, produk lokal, independen dari impor energi dan lebih murah dibandingkan sumber energi lain. Satu kilowatt jam (kWh) listrik produksi turbin angin harganya berkisar antara lima sampai sepuluh sen Euro.
Instalasi pembangkit listrik angin yang lebih kecil menyuplai listrik bagi desa kecil atau beberapa rumah kecil seperti di Peru. Permintaan dan penawaran kincir angin kecil semakin meningkat di seluruh dunia
PLTB semakin bertambah besar. Instalasi ini berkapasitas pembangkitan 3,4 megawatt dan memenuhi kebutuhan listrik 1900 rumah tangga di Jerman.
Tenaga angin juga, bisa dimanfaatkan kawasan dengan intensitas angin lebih sedikit dan di hutan. Kincir anginnya lebih tinggi, dan baling-balingnya lebih besar. Sehingga rentabilitasnya meningkat. Jerman adalah pionir bidang ini.
Masih sedikit listrik dari tenaga angin yang diperoleh dari kawasan laut bebas. Instalasi dan pemeliharaannya rumit. Harganya dua kali lebih mahal dari instalasi di darat. Inggris saat ini unggul dengan tiga gigawatt. Setengahnya baru dipasang tahun 2012.
Denmark, menjadi pionir pembangkitan energi angin global. Kini turbin angin menyuplai hampir 30 persen kebutuhan listrik. Tahun 2020 bahkan diharapkan mencapai 50 persen. Pakar di seluruh dunia optimis, kontribusi listrik tenaga angin dapat mencapai 40 persen.
Listrik Angin Jadi Gas, Listrik angin memicu Elektrolisa untuk memproduksi gas hidrogen. Gas ini bisa disimpan untuk digunakan di lain waktu. Instalasi perdana ada di Jerman. Teknik ini merupakan bagian penting dari reformasi energi di Jerman.
Sekitar 100.000 orang bekerja di industri pembangkitan energi angin Jerman. Tiongkok, Amerika Serikat dan Jerman berada paling depan dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin baru. Pameran internasional terpenting bagi teknologi energi angin digelar setiap tahun di Husum, utara Jerman.
Editor : Eben E. Siadari
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...