Indonesia Hendak Diseret pada Tren Konflik Internasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mendiskriminasi, menuduh sesat, mengkafirkan, kelompok berbeda adalah bagian dari tren internasional. Perilaku semacam ini menjadi rujukan di Indonesia.
Diskriminasi dan tuduhan sesat yang menimpa kaum Ahmadiyah di Indonesia berdalih mengikuti perilaku di Pakistan, tempat berdirinya Ahmadiyah.
“Orang-orang yang menuduh sesat Ahmadiyah mengatakan Ahmadiyah itu di negara asalnya saja sudah ditolak. Isu itu kemudian dijadikan tren. Kemudian soal konflik Syiah-Sunni. Di Pakistan, Afghanistan, di mana-mana soal Sunni-Syiah itu selalu tidak pernah selesai. Syiah selalu tidak diterima masyarakat Sunni,” kata Imam Malik, pengurus Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia.
“Jadi komunitas sekitar atau sebagian masyarakat di Indonesia ini diajak pada memori konflik yang terjadi di luar Indonesia. Di Pakistan, India, Syiah tidak bisa diterima kelompok Sunni. Kenapa di Indonesia diterima? Indonesia seakan-akan diseret pada konflik itu.”
Selain itu, Imam Malik juga menyerukan umat Islam agar tidak mudah mengadili seseorang atau sekelompok orang sebagai sesat. Menuduh seseorang atau sekelompok orang sebagai sesat sama halnya memposisikan dirinya setara dengan Tuhan.
“Ini ‘kan sebuah perilaku penyelewengan yang sebenarnya tidak disadari. Penyelewengan halus. Karena dia sudah memposisikan diri sebagai orang yang berhak mengadili Muslim yang lain.”
Pada era 1970-1980-an, tradisi tahlil dan segala macam itu dianggap bidah, sesat. Tetapi karena tradisi tahlil ini dilakukan kelompok Muslim mayoritas sehingga tuduhan bidah mendapat perlawanan setara bahkan lebih. Perilaku menuduh tradisi tahlil sebagai bidah tidak berbuah diskriminasi atau kekerasan yang masif. Proses tuduhan bidah menjadi mandul karena ditujukan kepada kelompok Muslim mayoritas.
“Saya bilang pada komunitas kalau suatu hari nanti misalnya orang yang berbeda dengan Anda menjadi mayoritas dan Anda dianggap bidah, kemudian perilaku Anda dianggap sesat bagaimana perasaan Anda? Itu yang selalu kami tekankan kepada komunitas.” Kata Imam Malik.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...