Luhut Pandjaitan: Umat Kristen Indonesia Harus Terlibat dalam Pemilu 2014
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Jend. (Pur.) Luhut B. Pandjaitan menghimbau segenap umat Kristiani Indonesia agar terlibat dalam pemilihan umum (Pemilu) 2014, guna menghindari ketimpangan dan penderitaan politik di negera Indonesia ini.
"Tahun 2014, Indonesia akan memasuki zaman keemasan, untuk itu kita harus maju bersama sebagai orang Kristen dalam memilih dalam pemilu mendatang," kata Luhut Pandjaitan dalam diskusi terbatas dengan tema "Konstelasi Politik Nasional Jelang Pemilu 2014" yang diselenggarakan bidang Diakonia-PGI di gedung Lembaga Alkitab Indonesia, pada Kamis (19/09) kemarin sore di Jakarta.
Menurut Jenderal Purnawirawan itu, saat Indonesia memasuki tahun keemasan pada 2014, dirinya berharap supaya orang Kristen tidak menjadi pelengkap penderitaan pada 2014 mendatang, tetapi sebaliknya justru berperan dalam mengatasi masalah yang ada di tengah masyarakat Indonesia. Dia menyarakankan agar orang Kristen memiliki pendidikan politik, hati baik, dan teladan yang bagus.
"Orang Kristen jangan menjadi pelengkap penderitaan, kita mesti memiliki pendidikan dan hati. Kita mesti menjadi teladan di tengah masyarakat," kata Luhut Pandjaitan menambahkan.
Menurut data politik milik Luhut Pandjaitan, peran umat Kristiani di Parlemen hanya sekitar 14,1% (Kristen dengan Katolik). Oleh karena itu, dia meminta kepada Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) untuk memberikan pendidikan politik dan memberikan gambaran jelas tentang para tokoh politik yang memiliki kompetensi dan potensial untuk menjadi pemimpin bangsa Indonesia tahun 2014 mendatang.
"Gereja sangat berperan besar dalam memberikan pendidikan politik, secara khusus pendidikan (karakter) untuk memiliki hati atau perhatian. Dan, itu khotbah yang di tengah gereja yang mesti disuarakan ke depan," kata Luhut Pandjaitan yang tampil diplomatis.
Sederhana dan Jujur
Selanjutnya dia mengatakan, peran gereja sangat penting untuk mendidik jemaat dan menghimbau umatnya untuk bersatu dalam pemilu 2014."Kekompakan kita harus kuat. Peranan PGI yang penting dalam mengeluarkan fatwa-fatwa (menghimbau) yang membawa umat ini paham ke mana perginya. Maka, kita mesti loyal kepada PGI dan menganggap PGI sebagai pimpinan tertinggi dalam kegerejaan yang ada di tanah air ini," kata pria asal Sumatra Utara itu.
Dalam diskusi terbatas itu Luhut Pandjaitan juga mengatakan, bahwa gereja menjadi tolak ukur dan sebagai fondasi Yesus Kristus. Dia berharap gereja tidak hanya menjadi slogan dan dia mengingatkan kepada para pemimpin gereja supaya memenuhi janjinya kepada jemaatnya."Jangan sampai pendeta tidak memenuhi janjinya, yang ingin begini dan begitu," kata dia mengoreksi.
Menurut dia, sebagai jemaat kita mesti saling mengkoreksi untuk saling memberikan teladan yang baik di tengah masyarakat. "Jemaat memiliki pendidikan bagus, hati yang bagus, dan teladan bagus di tengah masyarakat. Gereja harus siap menjangkau peluang dan mengambil peran penting, khususnya dalam turut memberikan wawasan politik," kata mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia ke-28 itu.
Sementara itu mengenai calon Presiden RI yang ideal, Luhut Pandjaitan mengimbau di hadapan peseta diskusi agar mencari calon presiden yang sederhana dan jujur, yang memiliki ketegasan dan tidak otoriter. "Kita mesti mencari pemimpin yang sederhana dan jujur, jangan memilih pemimpin yang macam-macam. Kita mesti mampu membuat pilihan kepada pemimpin-pemimpin politik yang ada, untuk itu pendidikan politik menjadi faktor utama," kata Luhut di akhir presentasinya yang dihadiri oleh perwakilan anggota PGI dari berbagai daerah, Oikumene, dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...