Indonesia Kehilangan Hutan Konversi Terbesar di Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia menjadi salah satu negara yang kehilangan hutan konservasi harimau terbesar di dunia bersama dengan negara tetangga Malaysia sejak 2001-2014. Data itu terungkap dalam penelitian yang diterbitkan di Science Advances.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (7/4), penelitian gabungan dari berbagai universitas dan organisasi lingkungan tersebut menyebut hilangnya lanskap konservasi harimau akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan komoditas pertanian seperti kelapa sawit.
Penelitian tersebut mencontohkan hilangnya hutan konservasi seperti yang terjadi di ekosistem Bukit Tiga Puluh di Sumatera dengan kehilangan hutan sampai dua per tiga atau 67 persen sejak 2001. Hilangnya hutan konservasi tersebut bisa menjadi habitat untuk sekitar 51 harimau.
"Pengembangan kelapa sawit terus jadi ancaman. Di Indonesia sendiri lebih dari 4.000 kilometer persegi habitat hutan, yang setara dengan lima kali ukuran Kota New York, telah dialokasikan untuk konsesi kelapa sawit," tulis penelitian tersebut.
Habitat hutan global selama periode 2001-2014 hilang mendekati angka 8 persen atau 79.600 kilometer persegi di seluruh dunia. Lanskap hutan yang hilang dengan luasan tersebut diperkirakan dapat mendukung kehidupan sekitar 400 harimau. Hingga saat ini populasi harimau di dunia kurang dari 3.500 ekor.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Minnesota, Resolve, Smithsonian Conservation Biology Institute, Rainforest Alliance, Stanford University, dan World Resources Institute (WRI) tersebut menunjukkan tingkat kehilangan hutan di habitat harimau lebih rendah daripada yang diperkirakan.
Nepal dan India melaporkan peningkatan populasi harimau masing-masing 62 dan 31 persen yang sebagian besar disebabkan oleh inisiatif konservasi seperti pemeliharaan lanskap lintas batas.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa populasi harimau di dunia masih bisa diselamatkan dari ambang kepunahan dengan meningkatkan lanskap habitatnya di seluruh dunia.
Peneliti menyebut komitmen internasional untuk melipatgandakan populasi harimau hingga 2022 (inisiatif yang disebut sebagai "Tx2") dapat dicapai dengan tambahan investasi konservasi. Populasi harimau dapat kembali dengan cepat ketika habitat dan mangsa bagi harimau tersedia luas dan perburuan dikontrol. (Ant)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...