Indonesia Kejar Peningkatan Nilai Ekspor Sarang Burung Walet dan Porang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah akan mengejar peningkatan nilai ekspor bagi dua komoditas unggulan Indonesia di pasar dunia, yakni sarang burung walet dan tanaman porang untuk mendapatkan harga terbaik dari pasar dunia yang akan memberikan keuntungan lebih baik bagi para petani dan industri dalam negeri.
Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, dan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, hari Selasa (4/5) seusai rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
“Sarang burung walet ini mempunyai nilai yang luar biasa. Sedangkan Indonesia menjadi produsen utama dari sarang burung walet untuk dunia. Bahkan hampir 80 persen dari kapasitas dunia disuplai dari Indonesia,” kata Lutfi.
Pada 2020 lalu, Indonesia mengekspor sarang burung walet dengan nilai total US$ 540 juta dari 1.316 ton. Meski demikian, masih terdapat disparitas harga yang sangat besar dari penjualan di pasar dunia tersebut.
Hal itu terjadi karena memang negara-negara tujuan utama mempunyai harga yang berbeda, katanya. Misalnya, Hong Kong yang menjual dari Indonesia hampir lebih dari 85 persen, harga per kilonya itu hanya US$ 88, sedangkan di China harga satu kilonya lebih dari US$ 1.500.
Oleh sebab itu, Kementerian Perdagangan bersama Kementerian Pertanian akan melakukan persamaan aturan dengan satu tujuan, yakni menggalakkan ekspor untuk komoditas tersebut dan berupaya memperoleh hasil terbaik bagi petani dan industri di dalam negeri.
Lutfi mengungkap bahwa dalam kunjungannya ke China beberapa waktu lalu, mendapat informasi pemerintah setempat telah berkomitmen untuk membeli komoditas sarang burung walet Indonesia senilai Rp 16 triliun. Pihaknya akan berupaya merealisasikan komitmen tersebut untuk kepentingan petani dan industri lokal.
“Hari ini angka itu baru separuhnya (terealisasi) dan kita akan mengejar target tersebut di akhir 2021,” katanya.
Tanaman Porang
Lutfi juga menjelaskan komoditas unggulan Indonesia lainnya yang mendapat permintaan besar dari pasar dunia, yakni tanaman porang. Tanaman porang ini setelah diolah lebih lanjut dapat menjadi bahan pangan pengganti tepung terigu.
“Makanan baru dari tanaman ini adalah non gluten food atau pengganti tepung terigu. Ini lebih disukai karena lebih sehat dan menjamin kesehatan. Ini menjadi tren dan mendapatkan harga yang luar biasa,” katanya.
Bersama Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan akan berupaya maksimal untuk dapat meningkatkan ekspor komoditas porang tersebut ke pasar dunia.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...