Indonesia Masih Sangat Tergantung Energi Fosil Hingga 2035
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia diprediksi masih akan mengalami ketergantungan tinggi kepada energi fosil hingga 2035 dengan mengacu kepada beberapa asumsi dasar yang dibuat Dewan Energi Nasional (DEN).
“Kami di DEN sudah menetapkan rasio elektrifikasi pada 2020 sebesar 100 persen kemudian cadangan energi fosil yang sudah ada dibagi dalam dua bagian yakni cadangan terbukti dan cadangan potensial, dalam UU kebijakan energi nasional sehingga kami melakukan kalkulasi dengan menghitung segala faktor yang ada sehingga kami memperkirakan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil di negara kita masih tinggi hingga 2035,” kata Prof. Dr. Rinaldy Dalimi, M.Sc, salah satu Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional (AUPK-DEN) pada peluncuran Indonesia Energy Outlook 2014 (IEO 2014) di Gedung Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (23/12).
Rinaldy memberi penjelasan tentang riset yang dilakukan DEN sehubungan dengan ketahanan energi Indonesia sesuai dengan yang ditampilkan di buku Indonesian Outlook Energy 2014.
Buku ini memberi gambaran kondisi energi nasional pada kurun waktu 2013-2050. Rinaldy menjelaskan bahwa beberapa asumsi dasar yang digunakan dan ditetapkan DEN untuk menghitung secara ilmiah tentang kemungkinan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak terbarukan atau energi fosil antara lain: pertama penggunaan tahun dasar untuk perhitungan kalkulasi energi adalah 2013, kedua, target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar delapan persen per tahun pada 2020, dan 7,5 persen pada 2030 dan menjadi 6 persen pada 2050.
Asumsi yang ketiga adalah laju pertumbuhan penduduk tumbuh di atas 1 persen sampai 2020, dan mengalami perlambatan hingga sebesar 0,8 persen pada 2030 dan menjadi 0,6 persen pada 2050, keempat yakni laju urbanisasi mengikuti proyeksi yang dikeluarkan BPS dengan persentase jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan sebesar 52 persen pada 2013 dan 64 persen pada 2030 kemudian naik menjadi 70 persen pada 2050 mendatang.
“Di beberapa negara ASEAN permintaan akan energi fosil juga tinggi sebagai energi utamanya tetapi energi terbarukan menjadi salah satu yang tetap meningkat,” Rinaldy menambahkan.
Dalam buku IEO disajikan perhitungan proyeksi pengelolaan energi selama 2014 lalu yang dibuat dengan telah mempertimbangkan kebijakan, regulasi dan rencana pembangunan pada masing-masing sektor serta program yang telah dijalankan oleh Pemerintah, seperti kebijakan konservasi energi, mandatori pemanfaatan biofuel (BBN), konversi minyak tanah ke LPG.
Melihat tingginya ketergantungan terhadap energi fosil, Rinaldy mengatakan perlu menetapkan cadangan energi untuk menjamin ketersediaan di masa depan.
Menurut Rinaldy, pemerintah juga perlu mempercepat pengembangan infrastruktur gas. Ia menjelaskan salah sat yang penting adalah pemanfaatan sektor transportasi.
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...