Indonesia Perlu Jajaki Kemungkinan Pembentukan FTA dengan Pakistan
KARACHI, SATUHARAPAN.COM – Tren positif perdagangan Indonesia-Pakistan pascapenerapan Perjanjian Preferensi Perdagangan (PTA) terlihat sangat signifikan, mulai dari sekitar US$ 784 juta pada tahun 2010 tumbuh meyakinkan menjadi US$ 2,2 miliar pada tahun 2014. Konjen RI Karachi, Hadi Santoso, menyatakan bahwa kedua belah pihak, Indonesia dan Pakistan, sangat mungkin untuk melangkah ke Free Trade Agreement (FTA).
“Hal tersebut tampak dari peningkatan interaksi masyarakat kedua negara, baik dari sisi bisnis maupun arus wisatawan Pakistan ke Indonesia,” kata Hadi Santoso.
Hadi mengemukakannya ketika menjawab pertanyaan anchor news, Khalil Ahmed, dalam acara “Live Wire in Focus” bertema “Pakistan Indonesia Economic Relationship” di stasiun televisi Business TV Plus – Karachi, pada hari Rabu, 12 Agustus lalu, yang tertuang dalam siaran pers yang dikirimkan ke satuharapan.com, Kamis (13/8).
Tingkat kunjungan pengusaha di Provinsi Sindh, Pakistan, dari pantauan data visa KJRI tampak meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 671 (visa usaha) pada tahun 2013 menjadi 814 (visa usaha) tahun 2014. KJRI berharap pada tahun 2015 jumlah tersebut akan lebih meningkat.
Jumlah kunjungan tersebut tentu berdampak positif pada aktivitas perdagangan kedua negara. Pada sisi lain, KJRI juga memantau produk-produk apa saja yang potensial berdasarkan PTA untuk dipromosikan, maupun produk-produk potensial lain yang belum masuk PTA untuk dapat dimasukkan ke dalamnya, atau bahkan bisa dimasukkan dalam FTA di masa mendatang. “Sudah menjadi tugas kami memberikan masukan-masukan tersebut ke Jakarta,” kata Hadi.
“Dalam kaitan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di wilayah Asia Tenggara, Pakistan telah memiliki FTA lebih dulu dengan Malaysia, dan sedang proses penjajakan dengan Singapura dan Thailand,” dia menambahkan.
“Sebagai negara anggota G-20 dengan mayoritas populasi berpenduduk Muslim, kiranya ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk Indonesia menjajaki peluang ini. Jika dengan PTA neraca perdagangan kedua negara bisa menembus angka US$ 2 miliar, bukan tidak mungkin dengan FTA neraca perdagangan bisa menembus US$ 5 miliar per tahun,” Hadi Santoso menjelaskan. (PR)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...