Indonesia Tampilkan 7 Lokasi Ekowisata di Norwegia
OSLO, SATUHARAPAN.COM - Anjungan Indonesia yang menampilkan tujuh lokasi ekowisata, seperti Subak di Jatiluwih Bali, Jalur Tenun Timor di Molo dan Sumba, Desa Sungai Utik Kapuas Kalimantan Barat menarik perhatian masyarakat Norwegia dalam pameran pariwisata terbesar di Norwegia, yang digelar di Telenor Arena, Oslo.
KBRI Oslo menggandeng Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara Indonesia Nature Film Society untuk memajukan gagasan Green Indonesia dalam pameran yang diikuti lebih 600 peserta dari 120 negara, kata Sekretaris Dua KBRI Oslo, Dyah Wisnu Kusumawardani kepada pada Sabtu (10/1) waktu setempat.
Dalam pameran yang berlangsung dari tanggal 9 hingga 11 Januari itu, anjungan Indonesia juga menampilkan Kampung Sawai di Kawasan Penyangga Taman Nasional Manusela di Pulau Seram Maluku, Hutan Adat Guguk di Jambi, Desa Wisata Pesanggrahan di Purwakarta, dan Pesantren Ekologi Ath-Taariq di Garut.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Norwegia, Yuwono A. Putranto mengatakan partisipasi Indonesia kali ini tidak semata kegiatan promosi, tetapi juga mengangkat kearifan masyarakat adat dan kekayaan alam Indonesia kepada publik Norwegia.
"Kita ingin agar upaya promosi ini dapat turut menggerakkan potensi dan perekonomian bagi masyarakat," ujar Yuwono.
Langkah ini merupakan pengejawantahan dari kebijakan Diplomacy for the People Pemerintah Presiden Joko Widodo.
"Upaya diplomasi Perwakilan RI harus membawa dampak nyata bagi masyarakat," ujarnya.
Selama tiga hari pameran, diperkirakan 45.000 pengunjung memadati Telenor Arena. Partisipasi Indonesia diharapkan mampu menarik wisatawan Norwegia dan negara-negara Skandinavia.
Dubes Yuwono juga menyebutkan dalam pameran kali ini Indonesia memamerkan produk hasil masyarakat adat seperti tenun Sumba, anyam-anyaman Sui Utik, 11 varian kopi arabika, tiga jenis madu hutan di NTT, teh herbal Pesantren Ekologi Ath-Taariq, dan produk aksesoris K&R Factory,
KBRI Oslo menggandeng LSM yang tergabung di Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara - Indonesia Nature Film Society untuk memajukan gagasan Green Indonesia, yaitu bagaimana langkah pelestarian terhadap lingkungan hidup dapat berjalan beriringan dengan peningkatan perekonomian masyarakat.
Dikatakannya, Norwegia merupakan mitra yang tepat untuk tujuan ini.
"Saya berkeyakinan banyak hal yang dapat digarap secara bersama-sama," ujar Yuwono.
Sementara itu koordinator pameran, Sekretaris Pertama KBRI Oslo Hartyo Harkomoyo menjelaskan di awal pembukaan pameran, Indonesia mendapatkan kehormatan memaparkan konsep Green Indonesia bertema Exploring the Survival Genius of Ethnic Cultural and Ethnical Shopping for Life in Indonesia di hadapan para pelaku usaha Norwegia.
"Teman-teman hadir di Oslo dengan program konkrit, situs greenIndonesia.org telah dikembangkan dan berisi tujuh paket ekowisata dan online shop produk-produk kreasi masyarakat adat," ujarnya.
Kepala Desa Sui Utik dari Masyarakat Dayak Iban dan penggiat kelompok penenun Paluanda Lama Hamu Sumba memperagakan tarian Dayak dan cara menenun kepada para pengunjung pameran.
Selama tiga hari pameran, diperkirakan 45.000 pengunjung memadati Telenor Arena. Partisipasi Indonesia diharapkan mampu menarik wisman asal Norwegia dan negara-negara Skandinavia.
Masyarakat Norwegia memiliki tradisi berwisata yang sangat besar dengan pengeluaran di atas rata-rata wisman negara-negara Eropa pada umumnya. Pada tiap musim panas, lebih dari 60 persen masyarakat Norwegia berwisata ke luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari posisi Norwegia sebagai salah satu negara terkaya di dunia.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...