Indonesia Tuan Rumah World Press Freedom Day 2017
HELSINKI, SATUHARAPAN.COM – Duta Besar/Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa yang membawahi Kebudayaan (UNESCO) Dr Hotmangaradja Pandjaitan mengatakan Indonesia merasa terhormat dan mempersiapkan diri menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan "World Press Freedom Day" (WPFD) tahun 2017.
“Indonesia merasa terhormat dan mempersiapkan diri menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan World Press Freedom Day (WPFD) tahun 2017,” kata Hotmangaradja Pandjaitan di Helsinki, Finlandia, setelah menerima peluit (whistle) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Finlandia Sanni Grahn-Laasonen pada penutupan kegiatan WPFD 2016, hari Kamis (5/5).
Penyerahan peluit menandai penyerahan jabatan tuan rumah WPFD dari Finlandia kepada Indonesia. Hotmangaradja menyebut terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah WPFD menjadikan kegiatan tersebut untuk pertama kalinya diselenggarakan di Asia Tenggara dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Selama tiga hari dari 2 sampai dengan 4 Mei 2016, Helsinki menjadi tempat pelaksanaan konferensi WPFD yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 peserta dari berbagai kalangan, jurnalis, pemerintahan, pengusaha, akademisi dan lembaga non-pemerintah.
Turut hadir dalam kegiatan ini Presiden Finlandia Sauli Niinisto, Perdana Menteri Juha Sipila dan Direktur Jenderal Unesco Irina Bokova.
Dari Indonesia, selain dihadiri oleh Duta Besar/Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk Unsco, juga dihadiri Duta Besar RI di Helsinki Wiwiek Setyawati Firman dan Ketua Dewan Pers Indonesia Josep Adi Prasetyo.
WPFD tahun 2016 digelar di Helsinki dan mengambil tema "access to information and fundamental freedoms".
WPFD merupakan kegiatan tahunan yang diprakarsai UNESCO. Tanggal 3 Mei dipilih sebagai "Press Freedom Day" berdasarkan Resolusi Sidang Umum PBB tahun 1993.
Setiap tanggal tersebut, masyarakat internasional merayakan prinsip-prinsip fundamental kebebasan pers termasuk memberikan penghormatan kepada jurnalis yang dalam mendapat tekanan, ancaman, hukuman penjara bahkan kehilangan nyawa dalam menjalankan tugas jurnalistik.
Pada hari tersebut, penghargaan UNESCO/Guillermo Cano World Press Freedom Prize juga diberikan kepada individu, organisasi atau institusi yang telah memperjuangkan kebebasan pers, terutama yang berisiko tinggi. Terpilih menjadi penerima penghargaan tahun 2016 ini adalah aktivis pers dari Azerbaijan, Khadija Ismayilova. (Ant).
Editor : Eben E. Siadari
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...