“Indonesiaku, Taman Edenku”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM,Indonesia bukan hanya negara yang indah (wonderful), Indonesia adalah “taman Eden”, dengan tanda petik diatasnya. Mungkin sebagian orang akan mengatakan gambaran tersebut terlihat berlebihan. Atau, yah, sedikit hiperbola. Akan tetapi, ketika kita melihat negeri ini dengan lebih seksama, ternyata ada banyak berkat yang Allah berikan bagi negeri ini. Berkat itu berlimpah, bertaburan dalam setiap sudut negeri ini. Ia menaruh limpahan berkat-Nya di atas tanah, di dalam tanah, di dalam laut, dan juga di udara negeri Indonesia.
Di atas tanah ini, Allah memberikan jutaan hektar pepohonan dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar. Di dalam tanah ini, Allah menaruh emas, perak, aluminium, batu bara, bauksit, biji besi, gas alam, dan lainnya. Di dalam laut ini, Allah menaruh 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, 950 biota terumbu karang, dan sumber minyak bumi lepas pantai. Tidak cukup hanya itu. Allah memberikan kekayaan sumber daya energi angin dan potensi energi surya yang besar. Negeri ini tidak kehabisan angin dan sinar matahari. Melihat itu semua, bukankah tidak berlebihan jika kita memberikan pujian bahwa Indonesia adalah “taman Eden” yang ada di bumi. Negeri yang dipenuhi dengan berlimpah berkat dan kebaikan.
Allah menciptakan Indonesia sebagai “taman Eden” bukan hanya untuk menjadi pemandangan ekologis saja. Menjadi latar foto untuk diletakkan di Instagram atau media sosial lainnya. Allah menciptakan Indonesia sebagai tempat Ia menaruh “Adam dan Hawa” yang baru. “Adam dan Hawa” baru, yang kita sebut saja sebagai ‘manusia Indonesia’, dalam istilah Mochtar Lubis. Kita tidak memilih, atau kebetulan, menjadi manusia Indonesia. Kita percaya bahwa Allahlah yang menempatkan kita di negeri ini. Kita menjadi manusia Indonesia karena kasih, rencana, dan tujuan-Nya.
Tujuan Allah menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden untuk “mengusahakan dan memelihara” taman itu (Kejadian 2:15). Begitu pula kita di negeri ini, bertanggungjawab untuk “mengusahakan dan memelihara taman Eden” Indonesia. Sesederhana itu tugasnya. Walaupun, tidak mudah melakukannya, tetapi seharusnya kita bisa mewujudkannya. Oleh karena, semua sudah tersedia. Manusia Indonesia tidak memulai dari ketiadaan, creatio ex nihilo, tetapi mulai dari apa yang sudah ada. Ia dipanggil untuk menjadi ‘rekan sekerja Allah’, mengelola apa yang baik yang Allah sudah berikan.
Kesadaran bahwa kita adalah rekan sekerja Allah yang dipanggil untuk “mengusahakan dan memelihara” taman Eden Indonesia, tampaknya menjadi salah satu nilai penting yang perlu dibangunkan kembali di dalam perayaan Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia. Agar kita, tidak menjadi manusia Indonesia yang lalai dalam mengusahakan dan memelihara seluruh berkat yang ada. Tidak hidup dalam kerakusan untuk mengeksploitasi seluruh berkat yang ada di “taman Eden” negeri ini. Untuk itu, manusia Indonesia harus berjuang bersama dalam mengusahakan dan memelihara taman Eden Indonesia, karena negeri ini diberikan bukan hanya untuk dua sampai tiga generasi saja, tetapi juga untuk puluhan generasi masa depan. Merdeka!
Editor : Eti Artayatini
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...