Loading...
EKONOMI
Penulis: Ignatius Dwiana 16:24 WIB | Jumat, 05 Juli 2013

Industri Besar Pulp and Paper Hindari Penyelidikan Independen Perusakan Hutan

Protes Walhi atas kerusakan hutan (foto: walhi.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), industri besar pulp and paper, berusaha menghindari penyelidikan independen praktik perusakan hutan di Indonesia dengan menarik dukungannya dari Forest Stewardship Council (FSC). Demikian siaran pers bersama World Wide Fund for Nature (WWF), Greenpeace, dan Rainforest Action Network (RAN), Jum’at (5/7).

Pada tanggal 22 Juni 2013, FSC mengumumkan bahwa APRIL meminta untuk menghentikan semua proses sertifikasi hutan, Chain of Custody (CoC, lacak balak), yang telah diajukan ke FSC.

Sebelumnya, ketiga organisasi lingkungan hidup ini telah mengajukan keberatan kepada FSC bahwa APRIL telah melanggar kebijikan Asosiasi FSC karena telah melakukan  konversi besar-besaran hutan alam di Indonesia untuk perkebunan, termasuk hutan bernilai konservasi tinggi. Perusahaan ini juga  melakukan pembiaran terjadinya konflik sosial di dalam areal konsesinya.
 
Merespon pengumuman FSC tersebut, APRIL menyatakan bahwa keputusan mereka untuk menghentikan atau tidak melanjutkan sertifikasi FSC CoC atau sertifikasi CW di masa mendatang, didasarkan  pada kekhawatiran terhadap Kebijakan Asosiasi FSC.
 
Kebijakan Asosiasi FSC ditetapkan untuk memastikan bahwa FSC hanya berasosiasi dengan perusahaan yang berkomitmen pada prinsip-prinsip mendasar  pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Kebijakan ini dibuat untuk memastikan bahwa perusahaan yang sudah mempunyai sertifikat FSC CoC tidak melakukan konversi hutan bernilai konservasi tinggi, dan juga tidak mengkonversi lebih dari 10 ribu ha  hutan dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Jika ada perusahaan yang melakukan konversi hutan mendekati luasan tersebut  tidak langsung dicabut sertifikasinya, tetapi diarahkan pada complaints panel independen untuk dilakukannya penyelidikan dengan mempertimbangkan kondisi lokal, skala operasi, dan rencana konversi.     

“Dengan keluarnyadari FSC, APRIL berusaha menghindari pengawasan independen. Hal ini membuktikan bahwa bahwa praktik-praktik pengrusakan hutan yang dilakukan APRIL tidak sesuai dengan kebijakan FSC,” kata Aditya Bayunanda dari WWF Indonesia.

“Antara tahun 2007 hingga 2012, APRIL bersama dengan para pemasoknya telah mengkonversi 200.000 ha hutan tropis Sumatera menjadi perkebunan. Sebagian besar hutan tersebut merupakan habitat penting bagi spesies yang telah kritis seperti harimau dan gajah Sumatera.”

“Perusahaan-perusahaan seperti APRIL yang sangat bergantung pasokan kayu hutan tropis menyebabkan terjadinya konflik sosial masyarakat adat dengan tidak menghormati hak ulayat mereka. Kegiatannya jelas sangat tidak berkelanjutan,” kata Lafcadio Cortesi dari RAN.

“Dengan mundur dari FSC, APRIL mengeluarkan sinyal jelas untuk pasar bahwa mereka tidak punya niat untuk menghentikan perusakan hutan. Pernyataan bertentangan yang dikeluarkan oleh APRIL hanya merupakan upaya greenwash.”

“Saat ini APRIL merupakan industry pulp terbesar yang melakukan perusakan hutan di Indonesia. Di tahun 2012 sendiri, para pemasoknya berencana untuk membuka sekitar 60 ribu ha hutan,” kata Zulfahmi dari Greenpeace Asia Tenggara.

“Greenpeace memanggil semua perusahaan yang membeli produk-produk APRIL untuk membatalkan kontraknya hingga APRIL memperbaiki tindakannya dan menghentikan perusakan hutan.”
 
WWF, Greenpeace dan RAN menyerukan APRIL segera menghentikan semua pembukaan hutan alam di wilayah konsesi dan para pemasoknya, juga berkomitmen pada kebijakan zero deforestation. Lembaga Swadaya Masyarakat juga menyerukan FSC untuk memastikan bahwa perusahaan apa pun yang melakukan perusakan hutan,seperti perusahan-perusahaan yang berelasi dengan grup Royal Golden Eagle (RGE) tidak layak mendapatkan sertifikasi FSC, dan APRIL salah satunya.
 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home