Industri Otomotif Jepang Lirik Indonesia untuk Perluas Bisnis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, mengatakan industri otomotif Jepang telah melirik Indonesia untuk meluaskan basis layanan bisnisnya.
Franky melaporkan terdapat tiga industri otomotif Jepang yang tertarik pada Indonesia dan telah berkomitmen menanamkan modalnya di Tanah Air. Selain itu, industri asal Jepang tersebut juga menaruh perhatian pada formula penentuan kenaikan upah buruh yang tidak bisa diprediksi besaranya. Sebagai industri padat karya, menurut Franky, upah buruh dinilai cukup memengaruhi bisnis otomotif, seperti dilansir siaran media dari BKPM, hari Sabtu (1/8).
Salah satu industri sudah menyatakan rencana bisnisnya, yakni memperluas investasi senilai 72 juta dolar Amerika Serikat untuk meningkatkan produksinya hingga 47 persen. Investasi tersebut diperkirakan membutuhkan tenaga kerja hingga 10.000 orang.
“Ketiga perusahaan tersebut mempertanyakan tentang kenaikan upah buruh yang dapat mencapai 30 sampai 50 persen. BKPM menjelaskan tentang langkah pemerintah yang saat ini sedang merampungkan peraturan tentang formula penentuan kenaikan upah buruh yang berlaku 5 tahun,” ujar Franky.
Ia juga menjelaskan, BKPM mendorong ketiga industri komponen tersebut untuk menjajaki lokasi investasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang upah buruhnya tidak setinggi di Jawa Barat.
Menurut Franky, pihaknya memang menjadikan industri komponen sebagai salah satu fokus pemasaran investasi karena sifatnya yang dapat menyerap tenaga kerja cukup besar, berorientasi ekspor sekaligus dapat mengurangi impor yang dibutuhkan oleh industri otomotif nasional.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia (PT SAMI) Juni lalu, BKPM memperoleh data perluasan investasi di Jepara yang dapat menyerap 3.000 tenaga kerja langsung. Sementara itu, produk yang dihasilkan ialah wiring harness yang dipasarkan di dalam dan luar negeri (76 persen ekspor dan 24 persen pasar dalam negeri) dengan nilai ekspor sebesar 123 juta dolar AS serta penjualan domestik senilai 32 juta dolar AS.
BKPM mendorong investasi asing agar dapat bermitra dengan industri nasional. Di samping itu, penanam modal sebaiknya fokus pada komponen yang belum pernah dibuat oleh industri yang sudah ada, atau sudah dibuat namun belum dapat memenuhi kebutuhan.
“BKPM juga akan memfasilitasi industri komponen agar bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan menengah terkait dengan penyediaan SDM siap kerja,” ujar Franky.
Menurut data BKPM, total realisasi industri alat angkutan dan transportasi pada semester I 2015 sebesar 14,92 triliun rupiah. Jumlah tersebut naik 36 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yang sebesar 10,97 triliun rupiah.
Selain dalam bidang industri transportasi, BKPM juga telah menerima minat salah satu perusahaan Jepang untuk memperluas investasinya di Indonesia senilai USD 8,1 juta di industri popok bayi, seperti dilansir siaran media yang diterima Sabtu (1/8).
Franky menyatakan, nilai strategis dari perluasan investasi ini adalah keputusan perusahaan untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi popok bayi, khususnya untuk memenuhi pasar dalam negeri.
BKPM mencatat, dengan dijadikannya Indonesia sebagai basis produksi, Indonesia dapat menghemat biaya impor sebesar US$ 9,3 juta per tahun.
“Hal ini menunjukkan investasi yang masuk ke Indonesia cukup berkualitas, dapat mendorong ekspor atau menghemat devisa melalui produk substitusi impor,” ujar Franky.
“Perusahaan popok asal Jepang tersebut, saat ini melakukan berproduksi di Thailand. Rencananya, perusahaan yang ada di Indonesia akan memulai produksi pada kuartal pertama 2016 mendatang, sehingga kebutuhan pasar Indonesia tidak perlu lagi dipenuhi dari Thailand,” ujar Franky menjelaskan.
Ia mengungkapkan perusahaan popok bayi Jepang tersebut sedang menyelesaikan konstruksi pabriknya di Jawa Barat. Mereka pun sudah merencanakan perluasan investasi berikutnya sebesar Rp 101 Miliar.
Sementara itu, Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, Azhar Lubis, menyatakan sebagai tindak lanjut atas minat ini, BKPM akan memonitor perkembangan investasi dari perusahaan terkait dan memfasilitasi kebutuhan, khususnya mengenai pengurusan izin masterlist dan pengurusan izin usaha.
“Proyek ini sangat penting bagi Indonesia karena bersifat substitusi impor, berorientasi ekspor dan banyak menyerap TKI,” lanjut Azhar.
BKPM mencatat sepanjang 2010 hingga semester pertama 2015, realisasi investasi Jepang di Indonesia mencapai 13,68 miliar dolar AS, nomor dua terbesar setelah Singapura. Dalam 5 tahun terakhir, investasi Jepang di Indonesia direalisasikan dalam industri alat angkutan dan transportasi lainnya sebesar 53 persen; industri logam, mesin dan elektronik 17 persen; industri kimia dan farmasi 7 persen; serta industri makanan dan tekstil yang masing-masing 24 persen.
Sedangkan realisasi investasi Jepang pada semester satu 2015 mencapai 19,72 triliun rupiah, meningkat jika dibandingkan dengan realisasi investasi Jepang untuk semester 1 2014 sebesar 16,19 triliun rupiah. (PR)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...