Inggris dan AS Tak Akan Membayar Tebusan
* Peringatan adanya serangan skala kecil yang dilakukan kelompok militan...
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan negaranya tidak akan menyerah kepada teroris meskipun militan Islamis mengancam akan membunuh seorang sandera warga Inggris.
Para ekstremis dari Negara Islamis (NIIS, IS, dulu duikenal dengan ISIS, Red) merilis sebuah video yang menununjukkan eksekusi jurnalis Amerika yang kedua, Steven Sotloff. Mereka bersumpah selanjutnya akan membunuh seorang sandera Inggris jika Amerika Serikat tidak menghentikan serangan udara di Irak. Kelompok militan yang sama membunuh seorang sandera Amerika Serikat bulan lalu, jurnalis James Foley.
Di parlemen, Rabu (3/9) Cameron mengatakan masyarakat Inggris mengutuk pembunuhan brutal. Ia mengatakan mereka kaget sekaligus marah karena militan yang memakai penutup wajah yang melakukan eksekusi tersebut tampak seperti seorang warga Inggris.
Cameron mengungkapkan Inggris dan Amerika Serikat akan mempertahankan kebijakan mereka untuk tidak membayar tebusan. Ia juga mendesak negara-negara lain agar melakukan hal serupa. Ia berpendapat memberikan uang kepada para penculik hanya akan mendanai terorisme.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga mengatakan negara tidak akan tunduk pada ancaman apa pun.
Peringatan Serangan Teroris
Sementara itu, Ketua Pusat Anti-Terorisme Nasional Amerika Serikat (NCTC), Matthew G Olsen, memperingatkan adanya serangan skala kecil yang akan dilakukan kelompok militan Islamis yang mengeksekusi dua wartawan Amerika.
Matthew Olsen menyampaikan tentang kelompok Negara Islamis dan perkembangannya di Suriah dan Irak, di Washington, pada Rabu (3/9).
Ia mengatakan, kelompok itu memiliki lebih dari 10.000 pejuang, termasuk di antaranya banyak kaum muda Eropa dan Amerika.
Olsen mengatakan, kelompok itu mengumpulkan sekitar satu juta dolar per hari dalam perdagangan ilegal minyak mentah dan uang pembayaran tebusan, serta merekrut anggota baru melalui internet.
Olsen menambahkan, kaum muda Eropa yang berlatih dan bertempur dengan militan di Suriah bisa kembali pulang untuk selanjutnya melancarkan serangan skala kecil dan brutal.
Ia mengatakan, AS harus bekerja sama dengan negara-negara Eropa, Turki, Yordania, serta Arab Saudi dalam sebuah strategi jangka panjang untuk melemahkan kelompok tersebut. (nhk.or.jp/wikipedia.org)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...