Inggris Terancam Krisis Air pada 2050
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah laporan mengenai sumber air di Inggris pada Rabu (23/5), memperingatkan bahwa perubahan iklim dan tuntutan dari penduduk yang bertambah dapat mengakibatkan krisis air dengan berkurangnya pasokan pada 2050.
Bagian tenggara negeri itu, yang meliputi Ibu Kotanya, London, dapat menjadi wilayah yang paling parah dilanda kekurangan, demikian peringatan Lembaga Lingkungan Hidup (EA).
Laporan tersebut, yang diberi judul State of the Environment: Water Resources, telah menyoroti tingkat pengambilan air yang berlangsung terus-menerus, kebocoran dari perusahaan air yang saat ini diperkirakan mencapai tiga miliar liter per hari, dan tuntutan dari industri serta masyarakat sebagai masalah utama yang harus ditanggulangi guna melindungi lingkungan hidup air.
Pada 2016, sebanyak 9.500 miliar liter air bersih diambil dari sungai, danau, bendungan dan sumber bawah tanah di Inggris.
Lebih separuhnya (55 persen), diambil oleh perusahaan air untuk pasokan air masyarakat, dan lebih dari sepertiga (36 persen) digunakan untuk pasokan listrik dan keperluan industri lain, katanya.
Kekurangan air berkala di banyak wilayah Inggris pada masa lalu, telah mengakibatkan dilakukan tindakan seperti pelarangan penggunaan pipa selang kebun, dan sistem alat penyiram, tapi peringatan baru itu dipusatkan pada pasokan air umum.
Tanpa tindakan untuk meningkatkan pasokan, mengurangi tuntutan dan mengurangi limbah, banyak wilayah di Inggris dapat menghadapi kekurangan tajam pasokan paling lambat pada 2050, kata laporan itu.
Emma Howard Boyd, Ketua EA, mengatakan "Kita perlu mengubah sikap kita dalam penggunaan air. Yang paling mendasar diperlukan untuk menjamin lingkungan hidup yang sehat tapi kita terlalu banyak menggunakannya dan harus bekerjasama untuk mengelola sumber daya yang berharga ini."
Emma Howard Boyd mengatakan, industri harus berinovasi dan mengubah prilaku guna mengurangi tuntutan dan memangkas limbah, demikian laporan Xinhua yang dilansir Antara di Jakarta, Kamis (24/5) siang.
Ia mengatakan, warga juga memiliki kewajiban untuk menggunakan air secara lebih bijaksana di rumah mereka.
Laporan tersebut memperlihatkan tingkat pengambilan air saat ini berlangsung terus-menerus dari lebih seperempat air tanah dan seperlima air sungai, sehingga mengakibatkan berkurangnya arus air, yang pada gilirannya bisa merusak margasatwa dan ekologi setempat.
Ditambahkannya, pengambilan secara berkelanjutan pada masa lalu telah menghalangi sebanyak 15 persen sungai untuk memenuhi status ekologi baik, dan beredar kekhawatiran bahwa aliran air sungai pada musim panas serta permukaan air bawah tanah bisa berkurang lebih banyak lagi pada masa depan.
Rencana 25 tahun pemerintah mengenai lingkungan hidup, telah menetapkan ambisi untuk mengurangi penggunaan air individu, yang saat ini rata-rata berjumlah 140 liter per orang setiap hari, dengan bekerjasama dengan industri untuk menetapkan sasaran konsumsi individu. (antaranews.com)
DJP: Semua Buku Bebas PPN, Kecuali Melanggar Hukum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyataka...