Ini Dunia Bapa

SATUHARAPAN.COM – Dalam  merayakan ulang tahunnya yang ke-50 sebuah supermarket ternama akan memberikan keleluasaan bagi pelanggan setia mereka. Selama 10 menit, mereka akan menjual semua barang—apa pun—secara gratis. Orang-orang pun mengantre untuk masuk ke dalam supermarket itu. Ada orang yang menuliskan nama barang—sesuai kebutuhan—yang akan diambil, ada pula orang yang mengambil serampangan. Ada yang berpikir untuk dipakai, ada pula yang berpikir untuk dijual kembali. Mereka memenuhi tiap lorong supermarket itu.

Namun, ada seorang gadis yang hanya berjalan dengan tenang menyusuri tiap lorong. Dia tidak mengambil barang apa pun kecuali melihat lalu lalang orang mengambil semua barang yang bisa diambil. Seorang nenek—sembari mendorong troli belanja—bertanya kepada gadis itu, ”Nak, mengapa Engkau diam saja? Tidakkah Engkau ingin menggunakan 10 menit ini untuk mengambil apa saja?”

”Tak perlu,” jawab gadis itu, ”semua ini milik Bapakku!”

Cerita ini bisa kita kaitkan dengan hubungan kita dengan bumi tempat kita berpijak. Kita tahu, bumi kita makin renta. Bumi kita semakin kurus. Keindahan dan kemolekan bumi kita semakin tergerus oleh laku manusia. Kita terpana dengan keindahannya, kita menggalinya. Kita terbuai dengan kekayaannya, kita jadi lupa diri. Kita biarkan dia sesak napas karena racun yang kita tebar. Kita bertindak semena-mena seakan kitalah pemilik-Nya.

Ini dunia Bapa. Dengan kuasa-Nya yang ajaib, Ia menciptakan bumi ini dengan sungguh amat baik. Dengan kasih-Nya, Ia merawat dan melindungi milik-Nya. ”Ini dunia Bapa, Nak dengarkanlah, langit dan bumi memuji Dia, bintang pun menggema; Ini dunia Bapa, hatiku tenanglah; pohon, bunga, langit, dan laut nyatakan kuasa-Nya,” tulis Maltbie D. Badcock.  

Tak satu pun  yang boleh mengklaim secara eksklusif atas bagian bumi ini. Bumi adalah tempat saling berbagi. Bumi adalah tempat di mana kedamaian dan keadilan bermesraan. Dan karena itu, mari kita merawat bumi!

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com