Ini Isi Percakapan Telepon Abbott dan Jokowi Tadi Malam
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, menelepon Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tadi malam sebagai kelanjutan dari upaya pemimpin Negara Kangguru itu untuk menghentikan eksekusi hukuman mati atas dua warga negaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, yang telah memicu tensi hubungan kedua negara meninggi dalam pekan-pekan terakhir.
Berbicara kepada para wartawan hari ini di Gedung Parlemen Australia di Canberra, Abbott mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo "Sangat memahami posisi Australia dan saya kira dia sedng hati-hati mempertimbangkan posisi Indonesia."
Ia menggambarkan percakapan mereka berdua berlangsung dalam suasana positif dan menyebut Presiden Joko Widodo sebagai sahabat.
Kendati demikian, Abbott mengatakan dirinya tidak ingin memberi harapan palsu kepada dua warganya yang kini tengah menunggu eksekusi mati itu. Selebihnya, Abbott tidak mau mengungkap isi pembicaraan lebih lanjut.
Abbott menelepon Jokowi setelah Selasa siang, untuk pertama kalinya Jokowi menegaskan sikapnya atas desakan Australia dan negara-negara asing lainnya untuk membatalkan eksekusi hukuman mati bagi warga negara mereka.
Selasa lalu, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak mau diintervensi oleh negara mana pun tentang pelaksanaan hukuman mati di Indonesia karena setiap negara adalah berdaulat untuk melaksanakan sistem hukum masing-masing.
Sejalan dengan itu, Jaksa Agung menegaskan bahwa persiapan eksekusi hukuman mati terhadap dua warga Australia yang lebih populer dengan sebutan Bali Nine, sudah mencapai 90 persen.
Kemarin untuk pertama kalinya televisi Indonesia memberi kesempatan wawancara kepada keluarga dua warga Australia yang divonis mati karena kejahatan narkoba itu. Namun, dari wawancara yang berlangsung sangat panjang, yang ditayangkan hanya selama 45 detik, seperti dilaporkan oleh The Australian dan The Sydney Morning Herald..
Dalam tayangan itu, mereka mengungkapkan pernyataan maaf kepada rakyat Indonesia atas hal memalukan yang diperbuat anggota keluarga mereka.
"Kami merasa malu atas kejadian ini. Sebagai kelurga, kami mengerti bahwa hal ini telah menimbulkan banyak hal memalukan bagi Indonesia dan kami meminta maaf. Namun menurut pendapat saya dalam 10 tahun ini dia -- Andrew Chan -- telah melakukan banyak hal baik di dalam penjara untuk mencoba dan mendapatkan pengampunan," kata Michael Chan, saudara dari Andrew Chan.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...