Invasi Rusia Bunuh 2.000 Warga Sipil Ukraina
Rusia menyebut 498 tentaranya tewas di Ukraina.
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan lebih dari 2.000 warga sipil Ukraina dan menghancurkan ratusan bangunan termasuk fasilitas transportasi, rumah sakit, taman kanak-kanak dan rumah, kata layanan darurat Ukraina, hari Rabu (2/3).
"Anak-anak, perempuan dan pasukan pertahanan kehilangan nyawa mereka setiap jam," katanya dalam sebuah pernyataan.
Moskow meluncurkan invasi skala penuh terhadap Ukraina pekan lalu yang melancarkan serangan ke Kiev dan kota-kota lain dan menggusur ribuan orang. Langkah Rusia terhadap tetangganya mengundang kecaman internasional.
Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia dan mengecualikan beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran bank internasional SWIFT. Beberapa sanksi bahkan menargetkan Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari konflik telah melonjak menjadi hampir 836.000, menurut angka PBB, dikutip Reuters.
Korban di Pihak Rusia
Sementara itu, Rusia mengatakan pada hari Rabu bahwa 498 tentara Rusia telah tewas di Ukraina, korban tewas pertama yang diumumkan sejak Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke negara itu pekan lalu.
“Sebanyak 498 prajurit Rusia tewas dalam menjalankan tugas,” kata juru bicara kementerian pertahanan, Igor Konashenkov ,dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah, menambahkan bahwa “1.597 rekan kami telah terluka.”
Moskow sebelumnya mengakui kerugian tetapi tanpa memberikan angka apa pun. Konashenkov mengatakan bahwa dia ingin “sekali lagi menggarisbawahi bahwa baik wajib militer maupun taruna lembaga pendidikan kementerian pertahanan Rusia tidak berpartisipasi dalam operasi khusus.”
Organisasi independen Rusia yang membantu orang tua menemukan putra mereka mengatakan kepada AFP bahwa wajib militer mengambil bagian dalam konflik, yang telah dibuat untuk menandatangani dokumen sebelum melintasi perbatasan.
Konashenkov menyebut laporan bahwa Rusia telah menderita kerugian yang jauh lebih besar sebagai “disinformasi terpusat.” Rusia mengatakan bahwa tentaranya sedang bekerja untuk "de-Nazify" Ukraina.
Putin memerintahkan pasukan Rusia, yang selama berminggu-minggu berkumpul di perbatasan Ukraina, untuk menyerang Kamis lalu. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...