Irak Bersihkan Mosul dari Bom ISIS
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Irak berusaha membersihkan kota Mosul dari bom dan militan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) yang tersisa di daerah yang direbut kembali, dan mengatur serangan ke wilayah barat Mosul.
Pasukan Irak didukung serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat. Dan pada hari Rabu (8/3) telah merebut pusat kota Mosul. Perdana Menteri Irak, Haider Al-Abadi juga menyatakan tanpa ragu menyerang militan ISIS di negara-negara tetangga (Suriah) jika mereka menjadi ancaman.
Para militan ISIS sekarang berada di bawah tekanan dari serangan darat dan udara yang menargetkan kota Mosul dan benteng utama mereka yang lain di Raqa, Suriah, menurut laporan AFP.
Kota Mosul merupakan daerah besar yang dikuasai ISIS yang menyerbu kedua negara pada tahun 2014, dan mendeklarasikan "khalifah" di wilayah itu.
Pasukan Irak meluncurkan operasi besar-besaran untuk merebut kembali Mosul sejak 17 Oktober. Pertama mereka merebut kembali sisi timur kota. Dan menghadapi para militan ISIS yang berjuang dengan bom mobil bunuh diri, bom pinggir jalan, penembak jitu dan pesawat tanpa awak.
Fokus pasukan pada Rabu adalah membuka daerah yang baru direbut kembali dan menjinakkan bom di rumah-rumah yang dipasangi bom oleh ISIS, kata Letnan Kolonel Abdulamir Al-Mohammedawi dari Divisi Pasukan Elite Gerak Cepat.
Sekarang berlangsung pertempuran di wilayah barat yang merupakan kota tua. "Pembebasan pusat kota adalah langkah pertama dan sangat penting untuk memulai pembebasan kota tua," kata Mohammedawi.
"Kota tua adalah daerah yang sangat sulit" dengan jalan-jalan sempit dan rumah-rumah berdekatan, katanya.
Ratusan ribu warga sipil diperkirakan masih terperangkap di bawah kekuasaan militan ISIS di kota tua, di mana Abu Bakr Al-Baghdadi menyatakan sebuah "khilafah" melalui penampilannya di publik pada bulan Juli tahun 2014.
Joint Operations Command (JCC) Irak, hari Rabu telah merebut kembali wilayah Al-Mansur, Al-Shuhada Al-Oula dan Al-Shuhada Al-Thaniya di Mosul barat.
Dikatakan bahwa tentara dan milisi pro-pemerintah telah direbut kembali penjara Badush di Mosul, di mana ISIS pernah dilaporkan membunuh hingga 600 orang dengan gaya eksekusi dan menculik 500 perempuan Yazidi. Namun belum memastikan apakah orang itu masih ditahan di penjara ketika direbut kembali.
Pertempuran di distrik barat kota telah memaksa lebih dari 51.000 orang mengungsi, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi. Namun diperkirakan 750.000 orang masih di Mosul barat di bawah ISIS, di mana ISIS menggunakan mereka untuk perisai hidup.
"Kami tidak bisa luar karena militan ISIS," kata Manhal, warga berusia 28 tahun dari Al-Danadan, sebuah distrik sekarang di bawah kendali pasukan Irak.
"Mereka yang akan keluar disandera. Pertempuran itu sangat kejam. Mortir jatuh di atap dan di dalam halaman rumah kami," katanya menambahkan.
Pasukan Irak menghadapi timbunan dan penghalang yang dibuat untuk melindungi mereka dari operasi di Al-Dawasa dan Al-Danadan dan Al-Agaidat untuk menemukan militan ISIS yang tersisa untuk menuntaskan operasi, kata Letnan Jenderal Raed Shakir Jawdat.
Serangan di Suriah
Di negara tetangga, Suriah, pejuang Kurdi dan Arab yang didukung AS bergerak ke Raqa dan pada hari Senin mereka mencapai Sungai Efrat untuk memotong jalan utama ke kota yang dikuasai ISIS, Deir Ezzor hilir.
Sementara tentara Turki dan pemberontak Suriah sekutunya menyerang ke selatan perbatasan Turki dan mendorong ISIS keluar dari kota Al-Bab.
Pasukan pemerintah yang didukung Rusia menyerbu ke timur kota kedua Suriah, Aleppo, dan merebut sejumlah luas wilayah dari ISIS.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan serangan bom berast dari militer Rusia melanda posisi ISIS di dekat kota Al-Khafsah, di mana pasukan pemerintah merebut kembali stasiun pemompaan air utama sehari sebelumnya.
Televisi negara mengatakan lebih dari 260 alat peledak telah dijinakkan di stasiun pompa air dan mulai memulihkan pasokan air ke kota Aleppo.
Seorang koresponden AFP melihat puluhan truk dan mobil penuh koper dan tempat tidur menunggu di jalan antara Al-Khafsah dan kota Manbij untuk mengungsi.
"Penembakan dimulai dan kami melarikan diri ke mana pun kami menemukan tempat yang aman, namun kami akan menetap di sana," kata Abu Hammoud, seorang pria tua yang meninggalkan rumahnya di dekat stasiun pompa air.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...