Iran Bantah Kapal Tanker Yang Disita Indonesia di Natuna Miliknya
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Perminyakan Iran mengatakan kargo minyak supertanker berbendera Iran yang disita oleh Indonesia pekan lalu bukan milik Teheran, lapor media pemerintah Iran pada hari Jumat (21/7).
Sebuah pernyataan kementerian perminyakan, yang dilaporkan oleh media pemerintah negara tersebut, tidak mengidentifikasi pemilik kargo MT Arman 114, sebuah supertanker berbendera Iran yang diduga terlibat dalam transshipment ilegal minyak mentah, yang menurut penjaga pantai Indonesia telah disita pada 11 Juli.
"Berita yang dipublikasikan yang menghubungkan kargo kapal ini dengan... Iran tidak memiliki validitas dan ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan suasana negatif terhadap negara kami," kata pernyataan kementerian perminyakan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sebelumnya diberitakan bahwa Badan Keamanan Laut Indonesia telah menyita sebuah kapal tanker Iran, yang diduga mentransfer minyak secara ilegal ke kapal lain di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Kapal tanker Iran itu disita pada Jumat (7/7/2023) lalu, saat melakukan transshipment atau pemindahan muatan minyak ilegal, ke kapal tanker berbendera Kamerun di dekat perairan Natuna.
Kepala Bakamla, Aan Kurnia, mengatakan, kapal tanker berbendera Iran itu mengangkut sebanyak 2,3 juta barel minyak mentah bernilai 305 juta dolar AS atau setara Rp 4,6 triliun.
Penangkapan bermula, ketika Bakamla mendeteksi adanya aktivitas mencurigakan dan mencoba mendekati kedua tanker tersebut. Kemudian, kapal tanker Iran mencoba kabur dengan memasuki ke wilayah perairan Malaysia.
Ketegangan antara Iran dan AS
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat setelah Iran mencoba merebut kapal tanker Richmond Voyager, yang dikelola oleh perusahaan minyak utama AS Chevron, pada awal Juli di perairan Teluk internasional.
Pada hari Kamis, komandan angkatan laut Pengawal Revolusi Iran mengatakan Iran akan membalas setiap perusahaan minyak yang membongkar muatan. Minyak Iran dari kapal tanker lain yang disita, saat ini berlabuh di luar pelabuhan Houston.
Kementerian luar negeri Iran juga mengkritik Amerika Serikat karena memimpin proposal di dewan badan pelayaran PBB untuk membatalkan tawaran Teheran untuk menjadi tuan rumah acara maritim pada bulan Oktober.
"Langkah Amerika ... membuktikan bahwa penyalahgunaan politik badan teknis dan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tidak memiliki batas untuk negara ini," kata juru bicara kementerian luar negeri Iran, Nasser Kanaani, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matt Miller, mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers pada hari Kamis bahwa Iran tidak memiliki urusan menjadi tuan rumah pertemuan resmi internasional yang berkaitan dengan urusan maritim, karena Iran telah menunjukkan penghinaannya terhadap aturan, standar, dan keselamatan maritim internasional.
Angkatan Laut AS mengatakan pada bulan Juli bahwa pihaknya telah melakukan intervensi untuk mencegah Iran menyita dua kapal tanker komersial, termasuk Richmond Voyager, di Teluk Oman, yang terbaru dalam serangkaian serangan terhadap kapal di daerah tersebut sejak 2019.
Sementara itu, data dari situs publik Equasis dan perusahaan analitik data MarineTraffic menunjukkan bahwa salah satu nama Arman 114 sebelumnya adalah Grace 1.
Grace 1 ditangkap oleh komando Marinir Kerajaan Inggris pada Juli 2019 karena dicurigai mencoba membawa minyak ke Suriah yang melanggar sanksi UE. Itu dirilis pada bulan berikutnya setelah kebuntuan diplomatik dengan Barat. (dengan Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...