Iran Gagalkan Peretas Kementerian Perminyakan
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Iran pada Selasa (26/5)menggagalkan serangan cyber terhadap Kementerian Perminyakan Iran dan mengatakan bahwa pihak yang berupaya meretas tersebut berbasis di Amerika Serikat.
Kantor berita Fars mengutip pernyataan dari Kepala Polisi Cyber Brigjen Kamal Hadianfar yang mengatakan bahwa unitnya telah menggagalkan “serangan peretas” di Kementerian Perminyakan.
Dia mengatakan bahwa sumbernya berasal dari AS dan pihak AS telah diberitahu.
“Alamat IP untuk peretas ini berasal dari Amerika,” kata dia dan menambahkan bahwa permintaan untuk pengadilan internasional telah dikirim ke AS. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut perihal permintaan pengadilan internasional tersebut.
Hadianfar mengatakan bahwa upaya peretasan tersebut telah terjadi selama empat hari belakangan sejak tahun baru Iran yang dimulai pada 20 Maret lalu.
Program nuklir Iran yang kontroversial merupakan target empuk dari 2.010 serangan cyber oleh virus Stuxnet. Namun, peretasan yang terjadi di Teheran tersebut Iran menyalahkan AS dan Israel.
Sebuah laporan bulan Februari oleh perusahaan keamanan Rusia Kaspersky Lab mengatakan bahwa sebuah alat mata-mata cyber terkuat dapat dimanfaatkan oleh jutaan komputerdi seluruh dunia melalui malware yang diinstal diam-diam. Hal ini memperkuat tanda-tanda bahwa AS berada di balik semua ini.
Iran juga telah dituduh untuk mengembangkan kemampuan spionase cyber.
Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper pada bulan Februari menyalahkan Iran atas serangan cyber pada Sands Casino di Las Vegas yang mencuri data rahasia dan menutup banyak operasi kasino.
Serangan itu terjadi setelah pemilik miliarder dari Sands, Sheldon Adelson, mengatakan pada 2013 bahwa "Iran harus dimusnahkan".
Desember lalu, perusahaan keamanan cyber AS Cylance mangatakan peretas yang berbasis di Iran telah terlibat selama dua tahun dalam operasi dijuluki "Cleaver".
Peneliti Cylance mengatakan telah berupaya "melakukan pengawasan dan infiltrasi kampanye global yang signifikan".
Mereka mengatakan target meliputi jaringan pemerintah serta perusahaan yang terlibat dalam militer, minyak dan gas, energi dan utilitas, transportasi, penerbangan, bandara, rumah sakit, telekomunikasi, teknologi, pendidikan, kedirgantaraan dan sektor lainnya.
Laporan itu mengatakan kampanye tersebut tampaknya merupakan pembalasan atas virus Stuxnet. (al-arabiya.net)
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...