Survei Al Jazeera: 80 Persen Warga Arab Dukung ISIS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh AlJazeera.net, website untuk saluran televisi Al Jazeera berbahasa Arab, menghasilkan kesimpulan yang mengejutkan. Responden yang mendukung kelompok ekstremis yang dihujat seluruh dunia yaitu Negara Islam Iran dan Suriah atau ISIS, mencapai 81 persen suara. Mereka menyatakan YES atas upaya penaklukan ISIS di wilayah Irak dan Suriah.
Jajak pendapat itu, yang bertanya dalam bahasa Arab, "Apakah Anda mendukung kemenangan dari Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS)?" menghasilkan lebih dari 38.000 tanggapan sejauh ini, dengan hanya 19% dari responden yang menyatakan "NO."
Walau mengejutkan, hasil ini sesungguhnya tidak perlu diherankan bila mengingat pemirsa televisi Al Jazeera edisi Bahasa Arab sebagian besar terdiri dari Muslim Sunni yang tinggal di dunia Arab. Pemirsa terbesarnya berasal dari Mesir dan Arab Saudi, bersama dengan sejumlah besar pemirsa televisi satelit di Amerika Serikat. Sementara itu Al Jazeera.net paling populer di Arab Saudi, Amerika Serikat, Mesir, Maroko, dan Bosnia Herzegovina, menurut analisis Alexa.
Al Jazeera sendiri mengklaim bahwa ia memiliki lebih dari 40 juta pemirsa di dunia Arab.
Al Jazeera juga tidak sepi dari citra kontroversial. Televisi yang dikelola oleh keluarga penguasa Qatar dan berkantor pusat di Doha ini, memiliki rekam jejak yang dipenuhi dengan tuduhan bahwa mereka mendukung narasi dari kelompol teroris Sunni (ISIS) itu.
Setelah serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat, markas Al Jazeera di Doha dengan bangga menampilkan siluet Osama bin Laden yang ditampakkan sebagai sosok seperti nabi Muhammad, menurut penyelidikan New York Times. Dalam sebuah survei Al Jazeera yang dilakukan pada tanggal 11 September 2006, 50 persen dari responden mengatakan mereka mendukung Osama bin Laden.
Jaringan ini juga menghadapi beberapa tuduhan bahwa laporan mereka cenderung sangat menguntungkan kelompok-kelompok Islam Sunni, termasuk Ikhwanul Muslimin, yang di berbagai negara dianggap sebagai kelompok teroris. Pada tahun 2013, puluhan anggota staf Al Jazeera biro Mesir mengundurkan diri sebagai protes dari liputan yang dianggap bisa mendukung Ikhwanul Muslimin.
Baru-baru ini, pada pertengahan Mei, mantan wartawan Al Jazeera edisi Bahasa Inggris menuduh mantan majikannya menjadi perpanjangan tangan kebijakan luar negeri Qatar. Dalam sebuah kesaksiannya untuk kepentingan pengadilan, dia juga menggambarkan bahwa jaringan televisi itu didedikasikan untuk mendukung kepentingan Ikhwanul Muslimin.
Penyelidikan baru-baru lain menemukan bahwa NSA telah mencap kepala biro Al Jazeera di Islamabad sebagai teroris Al Qaeda dan anggota Ikhwanul Muslimin.
Hasil dari jajak pendapat yang sangat mengganggu banyak pihak ini muncul setelah berita terbaru yang menyatakan bahwa Al Jazeera Amerika Serikat menghadapi beberapa tuntutan hukum yang berkaitan dengan sikap anti-Semitisme dan diskriminasi jender, seiring dengan jumlah pemirsanya yang menurun drastis.(reitbart.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...