Iran Kembali Bertemu AS Bahas Proposal Nuklir
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Iran pada Selasa (15/10) menyerahkan pada negara-negara besar di dunia sesuatu yang disebutnya satu terobosan potensial untuk mengakhiri kebuntuan satu dekade atas program nuklir. Mereka juga mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Amerika Serikat.
Semua pihak menyebut suasana positif mengenai perundingan yang dimulai kembali di bawah pemerintahan baru Presiden Hassan Rouhani—yang menggantikan Mahmoud Ahmadinejad pada Agustus—walaupun para perunding Barat mengatakan mereka masih memeriksa berbagai perincian yang Iran akan ajukan di meja perundingan.
Rouhani, yang dipandang lebih moderat, telah menjanjikan transparansi mengenai program nuklir itu dan terlibat dengan masyarakat internasional supaya sanksi-sanksi internasional terhadap Iran dicabut.
Pertemuan dua hari Iran dengan kelompok P5+1 yang diketuai Uni Eropa mengakhiri kebekuan selama enam bulan yang dipicu oleh penolakannya untuk menghentikan pengayaan uranium sebagai pertukaran bagi pencabutan sanksi.
Kelompok P5+1 terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia, plus Jerman.
Para pemain global dan Israel musuh besar Iran takut akan program atom Iran merupakan langkah untuk mengembangkan satu bom nuklir. Iran membantah tuduhan itu.
Menggarisbawahi perubahan itu, perunding Iran Abbas Araqchi dan rekan sejawatnya dari Amerika Serikat Wendy Sherman bertemu Selasa malam setelah perundingan P5+1 selama satu hari di Jenewa.
Pertemuan tersebut menandai pembicaraan langsung soal nuklir antara Iran dan Washington sejak 2009.
"Pembicaraan itu bermanfaat dan kami ingin melanjutkan diskusi kami pada pertemuan-pertemuan besok dengan kelompok P5+1 dan Iran," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS setelah pertemuan satu jam itu.
"Ini menunjukkan komitmen kami atas keterlibatan dua pihak," kata pejabat itu, dengan mengatakan bahwa Presiden Rouhani dan Presiden Barack Obama telah berbicara melalui telepon di sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan lalu di New York.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan enam kekuatan itu juga bertemu kemudian, disertai dengan pertemuan dua jam dengan Menlu AS John Kerry.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton bertemu dengan Zarif kemudian pada malam membicarakan hal-hal yang dibahas pada hari pertama perundingan, kata para pejabat.
Israel Keberatan Soal Kompromi Nuklir dengan Iran
Israel mendesak dunia untuk menghindari kesepakatan secara sepihak dengan Iran di saat putaran baru perundingan nuklir telah dibuka pada Selasa di Jenewa.
Kesepakatan itu bisa berujung pada pengurangan sanksi-sanksi bagi Iran.
Kabinet bidang keamanan Israel memperingatkan masyarakat internasional terhadap adanya "kesepakatan sepihak yang akan menggagalkan upaya membawa Iran untuk secara penuh melucuti program nuklir militernya... (yang) bisa mengarah ke arah kejatuhan penerapan sanksi."
Iran pada hari Selasa memulai perundingan tertutup selama dua hari di Jenewa bersama negara-negara P5+1—yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia serta Jerman, yang menandai berakhirnya kekosongan selama enam bulan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meluncurkan serangan lewat media dalam hari-hari belakangan ini, memberikan peringatan agar pihak-pihak tidak membuat persetujuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Sikap Rouhani yang melunak telah meningkatkan harapan tentang kemungkinan adanya terobosan dalam sengketa yang telah berlangsung selama sepuluh tahun menyangkut program nuklir Teheran.
Pernyataan yang dikeluarkan kabinet bidang keamanan Israel menyerukan kekuatan-kekuatan dunia untuk berhati-hati terhadap Iran selama berlangsungnya perundingan.
"Iran percaya bisa lolos dengan dilakukannya persetujuan yang hanya di permukaan dan tidak akan secara signifikan menghalangi upayanya untuk mengembangkan senjata nuklir, persetujuan yang bisa berubah haluan dalam waktu beberapa minggu," kata pernyataan itu.
"Sebagai gantinya, Iran menuntut agar sanksi diringankan, yang sebelumnya memakan waktu bertahun-tahun untuk diterapkan."
Kabinet bidang keamanan mengatakan P+1 harus "menolak upaya-upaya Iran untuk mencapai kesepakatan yang akan membuatnya memiliki kemampuan untuk mengembangkan senjata nuklir."
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa komite menteri beranggotakan tujuh orang telah melakukan pertemuan pada Senin malam namun mengeluarkan pernyataan pada Selasa pagi agar bertepatan dengan peluncuran perundingan Jenewa.
Israel, ujarnya, tidak menentang Iran untuk memiliki program energi nuklir damai, yaitu program yang tidak memerlukan pengayaan uranium atau produksi plutonium.
"Iran mengklaim bahwa pihaknya seharusnya mendapatkan `hak untuk melakukan pengayaan.` Namun negara yang kerap mengecoh masyarakat internasional, yang melanggar resolusi-resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa... tidak seharusnya mendapatkan hak seperti itu," katanya.
Pada hari yang sama, Netanyahu menekankan bahwa "sekarang" merupakan "saat yang tepat untuk mencapai penyelesaian diplomatik yang nyata, yang secara damai mengakhiri program nuklir militer Iran."
Ketika berbicara menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri Malta Joseph Muscat, Netanyahu mengatakan tekanan dalam bentuk sanksi merupakan hal yang membawa Iran kembali ke meja perundingan.
"Dan ini merupakan tekanan yang membuat perlucutan program nuklir militer Iran menjadi hal yang memungkinkan," kata Netanyahu dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Netanyahu menekankan di parlemen bahwa opsi serangan militer Israel secara sepihak harus tetap disiapkan. (AFP/Antara)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...