Iran Tolak Ajakan Jerman untuk Akui Israel
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Iran menolak mentah-mentah ajakan pemerintah Jerman untuk mengakui Israel sebagai negara, dan menekankan bahwa sikap mereka akan hal ini tidak akan berubah menyusul telah disepakatinya kesepakatan nuklir dengan enam kekuatan dunia, AS, Jerman, Inggris, Prancis, Rusia dan Tiongkok.
"Kami memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dari Jerman pada isu-isu regional tertentu di Timur Tengah dan kami telah secara eksplisit menyatakan sudut pandang kami dalam negosiasi yang berbeda," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marziyeh Afkham, sebagaimana dikutip oleh kantor berita Fars, Senin (20/7).
Dalam kunjungannya ke Iran sejak hari Minggu yang direncanakan memakan waktu tiga hari, Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel, telah mendesak Iran untuk meningkatkan hubungan dengan Israel jika ingin membangun hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan Jerman dan kekuatan Barat lainnya.
Tapi Afkham mengatakan bahwa "tujuan utama kunjungan wakil kanselir Jerman ke Iran adalah diskusi tentang prospek kerja sama. Kami secara alamiah memiliki masalah dan pandangan kami sendiri tentang ancaman yang ada, termasuk ancaman rezim Zionis dan akar krisis di wilayah tersebut. "
Gabriel, yang juga menteri ekonomi, adalah tokoh senior pertama dari pemerintah negara besar Barat yang mengunjungi Iran sejak kesepakatan nuklir dengan enam kekuatan dunia ditandatangani pekan lalu.
Kesepakatan itu dicapai meskipun muncul oposisi yang kuat dari Israel, negara yang telah menjadi sahabat dekat Jerman sejak akhir perang dunia II, ketika Nazi membunuh enam juta orang Yahudi.
Penolakan ini menempatkan Jerman pada posisi yang sulit karena pada saat yang sama, negara itu sebetulnya sedang berusaha untuk memenangkan bisnis baru di Iran setelah kebuntuan 12 tahun akibat sanksi ekonomi terhadap Iran yang telah mengurangi perdagangan dan investasi.
"Mempertanyakan hak negara ini (Israel) untuk eksis adalah sesuatu yang kami bangsa Jerman tidak bisa menerima," katanya, seraya menambahkan bahwa Berlin dan Teheran dapat membangun kembali hubungan yang lebih erat dengan menekankan pentingnya membicarakan hak asasi manusia. Gabriel juga mengatakan Jerman bersedia menjadi mediator untuk memperbaiki hubungan Iran dengan Israel.
Di dalam negeri Jerman kunjungan Gabriel dicermati dengan hati-hati. Kepala cabang Reporters Without Borders Jerman, Christian Mihr, sebagaimana dikutip oleh koran Bild mengatakan, akan menjadi bencana jika dalam kunjungannya ke Iran Gabriel mengedepankan kepentingan ekonomi ketimbang hak asasi manusia dan kebebasan pers.
Sementara itu kalangan industri mengatakan, ekspor Jerman ke Iran dapat melonjak empat kali lipat pada beberapa tahun ke depan menyusul dicapainy7a kesepakatan nuklir. Perusahaan seperti Volkswagen dan Siemens seperti juga ratusan perusahaan kecil lainnya, diharapkan dapat meraih kembali posisi dominannya di Iran.
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...