Iran: Warga Provinsi Khuzestan Protes Kekurangan Air dan Listrik
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Pengunjuk rasa marah karena maslah kekurangan air berbaris melalui jalan-jalan pada hari Kamis (15/7) malam di Provinsi Khuzestan yang kaya minyak dan bergolak di barat daya Iran. Polisi tampaknya menembakkan senjata untuk membubarkan kerumunan, menurut video online menunjukkan.
Belum jelas apakah ada yang terluka atau ditangkap dalam protes di beberapa kota di Provinsi Khuzestan, termasuk ibu kotanya, Ahvaz. Media pemerintah Iran belum melaporkan kerusuhan itu hingga hari Jumat pagi waktu setempat.
Video menunjukkan orang-orang membakar ban, memblokir jalan raya dengan marah. Polisi anti huru-hara dengan helm dan seragam kamuflase bentrok dengan demonstran.
Polisi juga menembakkan senapan dalam satu video, meskipun tidak jelas apakah itu peluru tajam atau yang disebut "peluru beanbag" yang dirancang agar tidak terlalu mematikan.
Orang-orang di video itu meneriakkan dalam bahasa Arab, menuntut orang lain untuk bergabung dengan mereka. Provinsi ini adalah rumah bagi etnis Arab yang mengeluhkan atas diskriminasi oleh teokrasi Syiah Iran.
Separatis Arab telah lama beroperasi di Khuzestan, yang coba direbut oleh diktator Irak, Saddam Hussein, dalam perangnya tahun 1980-an dengan Iran. Mereka telah meledakkan jaringan pipa minyak di masa lalu dan telah disalahkan atas serangan termasuk serangan 2018 pada parade militer yang menewaskan sedikitnya 25 orang di Ahvaz.
Kekhawatiran akan kekurangan air di masa lalu telah mengirim demonstran yang marah ke jalan-jalan di Iran. Negara ini telah menghadapi pemadaman listrik bergilir selama beberapa pekan, sebagian karena apa yang digambarkan pihak berwenang sebagai kekeringan yang melanda negara itu. Curah hujan telah menurun hampir 50 persen pada tahun lalu, menyebabkan bendungan untuk persediaan air mengalami kekuranga dan menimbulkan masalah listrik.
Protes di Provinsi Khuzestan terjadi ketika Iran tengah berjuang mengatasi gelombang infeksi berulang dalam pandemi virus corona dan ketika ribuan pekerja di industri minyaknya melancarkan pemogokan untuk upah dan kondisi yang lebih baik.
Ekonomi Iran jatuh di bawah sanksi AS sejak keputusan 2018 oleh Presiden Donald Trump untuk secara sepihak menarik Amerika dari kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia, menghancurkan nilai mata uang rial Republik Islam Iran. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...