Loading...
HAM
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:08 WIB | Jumat, 06 Desember 2013

Irawati Harsono: Reformasi POLRI Masih Berjalan

Irawati Harsono optimis jika POLRI bisa berubah menjadi lebih baik. (foto: grpiw.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Irawati Harsono –mantan anggota POLRI – menyatakan: “Saya percaya bahwa reformasi di lingkungan POLRI masih berjalan,” kata dia. Hal tersebut ia sampaikan usai menjadi salah satu majelis warga pada kesempatan  yang digelar oleh Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) Dengar Kesaksian: Kekerasan terhadap Pembela HAM, Jumat (29/11) lalu.

Hampir seluruh para pemberi kesaksian menyatakan bahwa para aparat penegak hukum yang seharusnya melindungi masyarakat yang tertindas malah menjadi pelaku pelanggaran HAM yang paling berat.

Irawati Harsono adalah Komisioner Komnas Perempuan (2002-2006) dan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) dan Universitas Bhayangkara Jayakarya. Bersama sembilan orang pensiunan polwan memperjuangkan berdirinya unit perlindungan perempuan dan anak dalam struktur organisasi POLRI.

Ketika disinggung mengenai pendapat para pemberi kesaksian yang mengaku bahwa intimidasi dan kekerasan yang menimpa mereka adalah kebanyakan dari POLRI, Irawati mengungkapkan bahwa ia sangat prihatin dan merasa sangat berat untuk duduk di depan menjadi majelis warga.

Menurutnya, sikap POLRI tersebut tidak lepas dari budaya masa lalu yang dibawa oleh masa-masa militer dimana POLRI selalu menjadi anak tiri, harus menurut dengan apa yang terjadi, dan selalu didikte yang akhirnya membuat POLRI kehilangan jati diri sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Oleh karena itu, POLRI memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk keluar dari keterpurukan tersebut.

Polisi yang pada masa lalu dididik secara militer, didoktrinasi dengan motto: “Kill or to be killed”, padahal seharusnya polisi itu harusnya memiliki motto: “Love humanity, helping delinquency, dan fight crime.” Ia pun menekankan bahwa pada fight crime, yang diperangi bukanlah kriminalnya namun kejahatan yang dilakukan oleh orang itu. Irawati juga berharap bahwa masyarakat Indonesia jangan putus asa untuk percaya kepada polisi karena polisi juga semakin lama semakin memperbaiki diri demi menjaga keamanan dan ketentraman rakyat Indonesia.

Sebagai seorang dosen, ia mengajarkan kepada para siswanya untuk tidak selalu memandang kepada atasan karena belum tentu mereka bertindak dengan benar, harus profesional yang berorientasi kepada pengabdian dan pengorbanan. “Dan menjadi seorang polisi itu adalah menjadi pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat,” kata dia kepada reporter satuharapan.com.

Irawati pun optimis bahwa POLRI pun bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Dia pun berharap bahwa POLRI saat ini bisa lebih dicintai oleh masyarakat seiring dengan reformasi yang ada di dalam struktur organisasi kepolisian.

KKPK Harus Dilanjutkan

Menurutnya, acara yang diselenggarakan oleh KKPK ini sangat baik dan harus terus diadakan secara berkala. Karena melalui acara dengar kesaksian ini, masyarakat yang tidak tahu akhirnya menjadi tahu dan yang lupa menjadi ingat kembali tentang berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di tanah air.

Irawati pun mengutip pernyataan Nelson Mandela yang berbunyi, “’We Forgive But Never Forgotten’. Ketika kita melupakan, maka kita akan mengulangi kesalahan yang sama. Dan itu tidak boleh terjadi.”

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home