ISIS-K Klaim Mereka Yang Serang Masjid di Peshawar, Pakistan
Korban meninggal akibat serangan itu tercatat 63 orang, dan 200 luka-luka.
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM-Kelompok ekstremis Pakistan yang berafiliasi dengan negara Islam (ISIS) mengklai bertanggung jawab atas serangan ke sebuah masjid di Peshawar, Pakistan, ketika mereka salat Jumat.
Para pejabat pada Sabtu (5/3) berjanji untuk memburu dan menangkap dalang di balik serangan yang menewaskan 63 orang dan melukai hampir 200 orang.
ISI mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa satu-satunya pelaku bom bunuh diri berasal dari negara tetangga Afghanistan. Dia menembak dua polisi yang menjaga masjid Muslim Syiah di barat laut Peshawar sebelum masuk ke dalam dan meledakkan perangkatnya, katanya.
Serangan itu terjadi saat jamaah berlutut dalam salat Jumat. Afiliasi IS, yang dikenal sebagai IS di Provinsi Khorasan I(ISIS K), bermarkas di Afghanistan timur.
Para penguasa Taliban di Afghanistan, yang telah memerangi ISIS, mengutuk serangan itu. ISIS telah terbukti menjadi ancaman keamanan terbesar Taliban sejak berkuasa Agustus lalu.
“Kami mengutuk pemboman sebuah masjid di Peshawar, Pakistan. Tidak ada pembenaran untuk menyerang warga sipil dan jamaah,” kata Wakil Menteri Kebudayaan dan Informasi Taliban, Zabihullah Mujahid di Twitter. Dia menolak mengomentari klaim ISIS bahwa pelaku bom bunuh diri adalah warga Afghanistan.
Korban tewas kemungkinan akan terus meningkat, kata Asim Khan, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading di Peshawar. Setidaknya empat dari 38 pasien yang masih dirawat di rumah sakit berada dalam kondisi kritis, katanya.
Hingga Sabtu pagi, warga Pakistan menguburkan jenazah mereka di tengah pengamanan ketat, dengan mengerahkan anjing pelacak. Polisi melakukan penggeledahan tubuh pelayat yang kemudian digeledah untuk kedua kalinya oleh keamanan yang disediakan oleh komunitas Syiah Pakistan.
Ratusan pelayat menangis dan memukuli dada mereka menghadiri doa pemakaman untuk 13 korban pada Jumat malam dan 11 lainnya pada hari Sabtu di Gerbang Kohati Peshawar. Peti mati ditutupi dengan kain kafan, beberapa dengan tulisanayat Al-Qur'an. Mereka berbaris di tanah terbuka, terlihat dengan bola lampu telanjang.
“Ini adalah manusia dan jamaah di dalam masjid, dan mereka dibunuh secara brutal pada saat mereka sibuk berdoa kepada Tuhan,” kata Hayat Khan kepada The Associated Press Jumat malam saat dia menguburkan seorang kerabat.
Salah satu petugas polisi yang ditembak di luar masjid, Kucha Risaldar, tewas seketika dan yang kedua meninggal kemudian karena luka-lukanya, kata pejabat polisi.
Memburu Pelaku
Menteri Informasi Pakistan, Fawad Chaudhry, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tiga tim investigasi dibentuk untuk mempelajari bukti forensik dan rekaman TV sirkuit tertutup untuk melacak pelaku serangan.
Seorang penyelidik yang terlibat dalam kasus tersebut mengatakan kepada The Associated Press bahwa rekaman tersebut mengungkapkan penyerang tiba di lokasi dengan becak bermotor bersama dengan dua orang lainnya, yang sedang dicari. Sketsa telah dibuat dari individu-individu itu, katanya meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media..
Seorang juru bicara pemerintah provinsi, Mohammad Ali Saif, mengatakan kepada wartawan bahwa pengemudi becak telah ditangkap dan pencarian komplotannya sedang berlangsung.
Dalam rekaman CCTV yang dilihat oleh AP, penyerang tunggal menyembunyikan bomnya di bawah selendang hitam besar. Rekaman itu menunjukkan pengebom bergerak cepat di jalan sempit menuju pintu masuk masjid. Dia menembaki polisi yang melindungi masjid sebelum masuk ke dalam.
Dalam hitungan detik, terjadi ledakan dahsyat dan lensa kamera tertutup debu dan serpihan. Perangkat yang dibuat secara kasar itu dikemas dengan bantalan bola, metode mematikan untuk membuat bom untuk menimbulkan pembantaian maksimum karena menyemprotkan proyektil mematikan ke area yang luas. Bantalan bola menyebabkan jumlah korban tewas yang tinggi, kata Moazzam Jah Ansari, pejabat tinggi polisi untuk provinsi Khyber Pukhtunkhwa, di mana Peshawar adalah ibu kotanya.
Segera setelah pengeboman, minoritas Syiah Pakistan mengecam pemerintah karena pengaturan keamanan yang lemah yang menuntut perhatian lebih besar terhadap keselamatan mereka.
Serangan hari Jumat di kota tua Peshawar yang padat adalah yang terburuk dalam beberapa tahun di Pakistan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...