ISIS: Menyerang Gereja Sah Sebagai Perang Melawan Kafir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin kelompok yang berafiliasi kepada Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS di Mesir mengatakan akan meningkatkan serangan mereka terhadap umat Kristen, dan menyerukan kepada umat Muslim untuk menghindari pertemuan-pertemuan umat Kristen dan kedutaan besar negara Barat karena itu merupakan target serangan mereka.
"Menargetkan gereja-gereja adalah bagian dari perang kita terhadap kafir," kata pemimpin ISIS yang tidak diidentifikasi itu dalam wawancara panjang al-Nabaa, media terbitan kelompok ISIS pada Kamis (05/05).
Ia mengatakan gereja, institusi dan pos keamanan, seperti halnya tempat-tepmat pertemuan bangsa-bangsa barat adalah target yang sah.
Ia juga, seperti dilaporkan oleh Associated Press dan dilansir oleh Crux, menyerukan kepada Muslim yang tidak bergabung dengan para jihadis untuk melakukan serangan tunggal di seluruh Mesir dan mengeluhkan bahwa sebagian besar warga Mesir bersikap melawan terhadap seruan dan misi ISIS.
"Ini adalah kemurtadan dari Islam dan mereka harus segera bangkit dan bertobat," katanya, mendesak orang-orang Mesir yang menentang kelompok tersebut bergabung dengan mereka.
Dia juga mengecam kecaman publik atas serangan kelompok tersebut. Dia menambahkan bahwa ketika pihak berwenang melakukan kampanye keamanan melawan ISIS, kampanye itu "menjadi bumerang" dan, dengan demikian, memiliki "dampak positif pada Mujahidin."
Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri kembar yang melanda dua gereja Kristen Koptik bulan lalu, menewaskan lebih dari 45 umat dan mendorong presiden negara itu mengumumkan keadaan darurat tiga bulan.
Koptik Mesir, komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah, telah berulang kali mengeluhkan menderita diskriminasi, dan juga serangan langsung, di tangan mayoritas penduduk Muslim di negara tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, mereka telah menjadi sasaran langsung ekstremis Islam. Mereka memberi dukungan kepada presiden Abdel-Fattah el-Sissi pada tahun 2013 saat menggulingkan pendahulunya, Mohammed Morsi, yang berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin.
Serangan terhadap rumah-rumah, perusahaan dan dan gereja orang Kristen kemudian melonjak, terutama di selatan negara itu.
Pemimpin ISIS dalam wawancara tersebut menyatakan bahwa kelompoknya berbeda dari cabang ISIS yang berbasis di Sinai yang selama bertahun-tahun telah melakukan serangan hampir setiap hari terhadap polisi dan militer di semenanjung tersebut. Dia menggambarkan hubungan antara dua faksi itu ditandai oleh "cinta persaudaraan dan kesetiaan."
Editor : Eben E. Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...