ISIS Wajibkan Anak-anak Kristen Asyur Tonton Video Pemenggalan
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Warga Kristen Asyur yang melarikan dari kekejaman ISIS di Suriah berkata bahwa anak-anak mereka dipaksa untuk menonton pemenggalan dan kekejaman lainnya yang dilakukan oleh para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Lebih dari 220 warga Kristen Asyur masih tetap dalam penyanderaan ISIS, karena kelompok ekstremis ini menuntut uang tebusan jutaan dolar AS dan tidak ada satu pun yang memiliki kemampuan untuk membayar.
"Anak-anak kami melihat banyak pemenggalan," kata Jack Zayya, seorang pengungsi Kristen Asyur, menurut laporan World Crunch.
"Kami diwajibkan menonton eksekusi publik. Dunia macam apa ini tempat anak-anak kami bertumbuh? Mereka selalu ketakutan," kutip Christian Post (21/5).
Zayya mengatakan ISIS telah menghancurkan mata pencahariannya di kampung halamannya, Al Hasakah di Suriah, dan para orang-orang Krisen dipaksa membayar pajak atau dibunuh.
"Penculikan dilakukan terutama untuk mendapatkan uang tebusan dari individu maupun keluarga kaya," lanjut dia. "Bagi Daesh [ISIS], tidak ada negosiasi. Kami harus membayar pajak jizyah atau mati."
Ketika sebelum ini syekh ISIS diangkat menjadi emir daerah Al-Hasakah, para militan beraksi untuk menghapus dan menghancurkan salib gereja. Warga Kristen dilarang mengenakan simbol-simbol keyakinan mereka, tidak diperbolehkan mengendarai mobil dan memaksa perempuan mengenakan burka.
ISIS telah cukup lama menyasar warga Kristen Asyur sejak tahun lalu, dan pada bulan Februari menculik lebih dari 220 orang dari 35 desa yang berbeda di provinsi Hasakah. ISIS menuntut tebusan US$ 23 juta untuk pembebasan mereka, tapi Uskup Agung Suriah, Jacques Behnan Hindo mengatakan tidak ada seorang pun di wilayah itu yang memiliki kapasitas finansial membayar tebusan sebanyak itu.
"Mereka para anggota Daesh biasanya menuntut apa yang mungkin mereka peroleh. Tetapi dalam kasus ini, meminta US$ 100 ribu per kepala sandera benar-benar tak mungkin mereka dapat. Mereka tahu itu," kata dia.
Dalam serangan lain di kota Al-Hasakah pada bulan April, jihadis Asyur mengepung kaum Asyur selama dua hari tetapi milisi Kurdi berhasil mencegah mereka.
Salah satu pengungsi dari wilayah desa Al-Hasakah, yang tidak mau disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa hampir 90 kerabatnya dari keluarga istrinya termasuk diantara sandera ISIS.
Lebanon telah dibanjiri para pengungsi meskipun mereka secara resmi menutup perbatasan sejak awal tahun ini. Orang-orang Suriah yang melarikan diri tidak hanya korban ISIS, tapi juga korban perang sipil yang sedang berlangsung di negara mereka, yaitu antara mereka yang mendukung pemerintah Presiden Bashar al Assad dengan berbagai kelompok pemberontak.
Anggota komunitas Asyur di Beirut membantu keluarga Asyur lainnya melarikan diri ke Lebanon, dan kemungkinan akan lebih banyak lagi yang datang.
"Tentu saja, kami tetap berhubungan dengan keluarga yang masih di Al-Hasakah," kata Uskup Gereja Asyur Lebanon, Yatron Koliana.
"Ketika mereka ingin datang, mereka mengirimkan nama-nama mereka, kami mengirim nama-nama mereka ke perbatasan dan baru mereka diperbolehkan masuk. Sekarang tentara Lebanon tidak akan membiarkan warga Suriah masuk kecuali namanya ada dalam daftar."
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...