Israel Akan Memburu Pemimpin Hamas di Seluruh Dunia
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, pada hari Jumat (24/11) malam menyebutkan bahwa para pejabat senior Hamas akan dilacak terus. Dia mengatakan bahwa "mereka diikuti di Gaza dan di seluruh dunia."
Peringatan Hagari memberi sinyal kepada pimpinan Hamas di Qatar dan di seluruh dunia bahwa IDF akan mengejar mereka di mana pun mereka berada.
Hal ini mengingatkan kembali pada beberapa operasi Israel yang terkenal untuk menghilangkan dalang serangan teror terhadap Israel, seperti operasi yang terjadi setelah Pembantaian Munich.
Selama era ini, Mossad akan menargetkan warga Palestina yang terlibat dalam perencanaan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, yang sebagian besar berada di luar negeri.
Jenis operasi ini, yang melibatkan agen-agen Mossad, perlahan-lahan menghilang setelah Perjanjian Oslo, dengan sebagian besar pembunuhan yang ditargetkan setelah Perjanjian Oslo merupakan akibat dari serangan Intifada Kedua dan akibatnya mengambil bentuk lain.
Operasi Era Baru
Pada era ini, operasionalnya jelas berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya operasi tersebut melibatkan perencanaan jangka panjang dan infiltrasi di berbagai negara asing, kini operasi tersebut hanya perlu menemukan target di Tepi Barat atau Gaza dan mengirimkan agen Shin Bet (Badan Keamanan Israel) atau pasukan IDF untuk melakukan pembunuhan.
Era ini sedikit berubah setelah penarikan diri dari Gaza, dengan lebih banyak pembunuhan terjadi di sana setelah penarikan diri karena meningkatnya kehadiran Hamas dan meningkatnya operasi Hamas dari Jalur Gaza.
Setelah penarikan pasukan dan perang berikutnya dengan Gaza, wilayah tersebut tetap menjadi lokasi utama pembunuhan yang ditargetkan namun dugaan pemusnahan fisikawan nuklir Iran oleh Israel semakin meningkat, menandakan kembalinya operasi Mossad ke arena internasional.
Dugaan pembunuhan pertama yang ditargetkan terhadap seorang pejabat Hamas di luar Gaza dan Tepi Barat sejak Perjanjian Oslo, terjadi pada tahun 2010, ketika Mossad dituduh membunuh Mahmoud al-Mabhouh di Dubai.
Pembunuhan Al-Mabhouh memicu kontroversi karena Mossad dituduh menggunakan paspor Irlandia untuk melakukan pembunuhan tersebut.
Selama enam tahun berikutnya, tidak ada pembunuhan yang dilakukan, kecuali di Wilayah Palestina dan Iran.
Mossad dituduh membunuh insinyur Hamas di Tunisia dan Malaysia, namun perubahan ini kecil dan tidak ada pembunuhan yang dilakukan di luar Wilayah Palestina, Iran, dan Suriah sejak saat itu.
Jika pengumuman Hagari menandakan sebuah era baru dalam pembunuhan yang ditargetkan di luar negeri, hal ini bisa berarti bahwa para anggota senior Hamas yang bersembunyi di Qatar tiba-tiba menyadari bahwa mereka tidak dapat menjalani kehidupan sehari-hari tanpa memperhatikan mereka.
Pemimpin Hamas Memuji Pasukannya
Sementara itu, pemimpin Hamas di Qatar, Ismail Haniyeh, mengatakan pada hari Jumat (24/11) dalam sebuah rekaman bahwa kelompok tersebut berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera selama Israel juga berkomitmen.
Komentar tersebut dibuat setelah serangan Gaza ke Israel selama berlakunya perjanjian gencatan senjata. Komentar Haniyeh juga disampaikan hanya sehari setelah juru bicara sayap bersenjata Hamas menyerukan peningkatan konfrontasi dengan Israel di semua lini perlawanan.
Haniyeh juga memuji orangt-orang yang tewas dalam perang sejak 7 Oktober. Dia mengatakan, menurut media Al-Arabiya: “Orang-orang hebat kami menulis sebuah epik ketabahan yang legendaris, dan mujahidin kami memperdalam luka pada musuh dan menghadirkan model kepahlawanan dan penebusan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami mampu, dengan sangat bangga, menghadapi pendudukan, mematahkan keinginan mereka, dan menggagalkan rencana mereka… Para martir adalah harga dari kebebasan, pembebasan dan kemerdekaan.”
“Kami menyerukan peningkatan konfrontasi terhadap pendudukan di seluruh Tepi Barat dan semua front perlawanan,” kata juru bicara Brigade Izz el-Deen al-Qassam, Abu Obaida, pada hari Kamis dalam pidato video yang disiarkan oleh Al Jazeera TV. (Reuters/JP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...