Israel Keliru Tahan Jurnalis AS
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menilai penahanan seorang wartawan Amerika Serikat di Bandara Ben Gurion pada Minggu (12/8) sebagai "kekeliruan administrasi."
Peter Beinart, kolumnis untuk koran Yahudi liberal Forward dan kritikus pemerintah Israel, ditahan dan diinterogasi mengenai politiknya selama sekitar satu jam. Ia berada di Israel untuk mengunjungi keluarga.
Beinart mengatakan ia ditanya apakah terlibat organisasi yang mendukung kekerasan di Israel atau mengancam demokrasi Israel.
Netanyahu ingin tahu mengapa agen intelijen Shin Bet menahan Beinart untuk diinterogasi dan diberitahu bahwa itu adalah "kekeliruan administrasi."
Beinart menyebut pengalamannya "sepele" dan mengatakan akan menerima permintaan maaf hanya kalau Netanyahu "meminta maaf kepada semua orang Palestina dan orang Palestina-Amerika yang setiap hari menderita jauh lebih buruk."
Ia mengaku sebagai pendukung Israel, tetapi kolom-kolom yang ditulisnya kritis terhadap kebijakan Israel terhadap orang Palestina.
Tahan Penulis Palestina
Bulan lalu organisasi hak asasi media menyatakan prihatin atas penangkapan seorang penulis terkemuka Palestina di Tepi Barat oleh pasukan keamanan Israel.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) hari Jumat (27/7) mengatakan, Israel seharusnya segera menjelaskan mengapa mereka menahan Lama Khater atau membiarkannya pergi.
Pejabat-pejabat Israel menangkap Khater, usia 32 tahun, Selasa lalu atas dugaan terlibat kegiatan teror Hamas.
CPJ mengatakan Khater, blogger terkemuka, adalah juga penulis opini untuk beberapa media, termasuk Al-Jazeera yang berbasis di Qatar, Quds News Network yang berafiliasi Hamas dan, Meem Magazine, majalah perempuan edisi online di Arab.
CPJ mengatakan pemerintah Israel menyerbu rumah Khater di Hebron, kota di Tepi Barat, Palestina selatan, hari Selasa, dan menangkapnya tanpa memberi tahu dakwaan terhadapnya.
"Kami prihatin atas penangkapan Lama Khater karena Israel sering menggunakan langkah hukum, termasuk penahanan administratif, untuk memenjarakan wartawan tanpa dakwaan," ujar koordinator CPJ program Timur Tengah dan Afrika Utara, Sherif Mansour.
Khater, yang mempunyai hampir 90.000 pengikut di Twitter, baru-baru ini menulis cuitan, berisi kritik terhadap Israel karena melarang Muslim masuk ke kompleks Temple Mount, yang juga merupakan lokasi Masjid Al Aqsa, di Yerusalem. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...