Israel Klaim Telah Membunuh Kepala Intelijen Militer Hamas di Gaza Selatan

JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel mengatakan pada hari Jumat (21/3) bahwa mereka telah membunuh kepala intelijen militer Hamas di Gaza selatan pada hari Kamis (20/3).
Dalam sebuah pernyataan, militer menyebut pemimpin Hamas sebagai Osama Tabash. Dikatakan bahwa ia juga merupakan kepala unit pengawasan dan penargetan kelompok militan tersebut.
Belum ada komentar langsung dari Hamas.
Dimulainya kembali operasi militer skala besar oleh Israel, yang dikoordinasikan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuai kecaman luas.
Kementerian luar negeri Turki mengutuk apa yang disebutnya sebagai serangan "sengaja" oleh Israel terhadap rumah sakit yang dibangun Turki di Gaza.
"(Militer) menyerang teroris di lokasi infrastruktur teroris Hamas yang sebelumnya berfungsi sebagai rumah sakit di Jalur Gaza tengah," kata seorang juru bicara militer kepada AFP dalam menanggapi pertanyaan tentang tuduhan Turki.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan di Gaza mengutuk "kejahatan keji yang dilakukan oleh pendudukan (Israel) dalam pengeboman Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina," menyebutnya "satu-satunya rumah sakit yang ditunjuk untuk perawatan pasien kanker di Jalur Gaza."
Kementerian tersebut mengatakan pasukan Israel telah menggunakan rumah sakit tersebut sebagai "pangkalan bagi pasukannya selama periode pendudukannya di apa yang disebut poros Netzarim."
Presiden Israel, Isaac Herzog, menyatakan kekhawatirannya tentang tindakan pemerintah dalam sebuah pernyataan video pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa "tidak terpikirkan untuk melanjutkan pertempuran sambil tetap menjalankan misi suci untuk membawa pulang para sandera kami."
Protes Warga Israel
Ribuan pengunjuk rasa telah berunjuk rasa di Yerusalem dalam beberapa hari terakhir, menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melanjutkan operasi militer tanpa memperhatikan keselamatan para sandera.
Dari 251 sandera yang ditangkap selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, 58 masih ditahan oleh militan Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.
Militer Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah menutup rute utama utara-selatan wilayah itu saat mereka memperluas operasi darat yang dilanjutkan pada hari Rabu.
Hamas Pelajari Proposan AS
Hamas mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka sedang meninjau proposal AS untuk memulihkan gencatan senjata Gaza saat Israel mengintensifkan operasi militer di daerah kantong itu untuk menekan kelompok militan Palestina itu agar membebaskan sandera Israel yang tersisa.
Rencana "jembatan" utusan khusus AS, Steve Witkoff, yang dipresentasikan pekan lalu, bertujuan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga April, setelah Ramadan dan Paskah, untuk memberi waktu bagi negosiasi tentang penghentian permusuhan secara permanen.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan militer meningkatkan serangan udara, darat, dan laut dan juga akan mengevakuasi warga sipil ke bagian selatan Gaza, berbicara tiga hari setelah Israel secara efektif meninggalkan gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan.
Katz menekankan bahwa Israel akan melanjutkan kampanyenya hingga Hamas membebaskan lebih banyak sandera dan benar-benar dikalahkan. Namun, sementara Israel menimbulkan kerusakan serius pada Hamas dengan serangan udara pekan ini yang menewaskan kepala pemerintahan Gaza dan pejabat tinggi lainnya, sumber-sumber Palestina dan Israel mengatakan Hamas telah menunjukkan bahwa mereka dapat menanggung kerugian besar dan tetap berjuang dan memerintah.
Hamas mengatakan bahwa mereka masih memperdebatkan usulan Witkoff dan gagasan-gagasan lainnya, dengan tujuan mencapai kesepakatan tentang pembebasan tahanan, mengakhiri perang, dan mengamankan penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza.
Seorang pejabat Palestina, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters bahwa Mesir juga telah mengajukan usulan penghubung, tetapi Hamas belum menanggapi. Pejabat itu menolak memberikan rincian tentang usulan tersebut, yang katanya sedang dipertimbangkan.
Dua sumber keamanan Mesir mengatakan Mesir menyarankan untuk menetapkan jadwal untuk membebaskan sisa sandera di samping tenggat waktu untuk penarikan penuh Israel dari Gaza dengan jaminan AS.
Sumber-sumber tersebut mengatakan AS telah mengisyaratkan persetujuan awal atas rencana tersebut sementara tanggapan Hamas dan Israel diharapkan akan diberikan pada hari Jumat nanti.
Fase pertama gencatan senjata sementara berakhir pada awal bulan ini, tetapi Israel dan Hamas tidak dapat mengatasi perbedaan mengenai ketentuan untuk meluncurkan fase kedua. Hamas menunda pembebasan sandera lebih lanjut dan aksi militer Israel kemudian dilanjutkan.
Setelah dua bulan relatif tenang, warga Gaza kembali melarikan diri untuk menyelamatkan diri setelah Israel meluncurkan kampanye udara dan darat baru yang gencar terhadap Hamas pada hari Selasa dan menghentikan semua pengiriman bantuan ke daerah kantong pantai tersebut.
Katz memperingatkan bahwa Hamas akan kehilangan lebih banyak wilayah jika terus menolak membebaskan sandera yang tersisa. Dari lebih dari 250 orang yang awalnya ditangkap dalam serangan Hamas pada Oktober 2023 di Israel, 59 orang masih berada di Gaza, 24 di antaranya diperkirakan masih hidup.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Hari pertama serangan udara Israel pada hari Selasa (18/3) menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, salah satu hari paling mematikan dalam perang yang telah berlangsung selama 17 bulan.
Badan bantuan Palestina Perserikatan Bangsa-bangsa, UNRWA, salah satu lembaga bantuan terbesar di Palestina, penyedia bantuan pangan di Gaza, memperingatkan pada hari Jumat bahwa mereka hanya memiliki cukup tepung untuk didistribusikan selama enam hari ke depan.
"Kita dapat memperpanjangnya dengan memberi orang lebih sedikit, tetapi kita berbicara tentang hari, bukan minggu," pejabat UNRWA Sam Rose mengatakan kepada wartawan di Jenewa dalam pengarahan daring dari Gaza tengah.
Situasi kemanusiaan di Gaza sekali lagi mengkhawatirkan karena pengurangan besar-besaran dalam distribusi bantuan, kata UNRWA.
"Enam dari 25 toko roti yang didukung oleh Program Pangan Dunia harus tutup. Ada kerumunan yang lebih besar di jalan-jalan di luar toko roti," Rose menambahkan.
"Ini adalah periode terpanjang sejak dimulainya konflik pada Oktober 2023 di mana tidak ada pasokan apa pun yang masuk ke Gaza. Kemajuan yang kami buat sebagai sistem bantuan selama enam minggu terakhir gencatan senjata sedang dibatalkan," Rose menambahkan.
Pemblokiran Israel telah menyebabkan kenaikan harga makanan pokok serta bahan bakar, yang memaksa banyak orang untuk menjatah makanan mereka.
Perang tersebut dimulai setelah militan Hamas menyerang komunitas Israel di dekat perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 49.000 warga Palestina telah tewas dalam konflik berikutnya, menurut otoritas kesehatan Gaza, dengan sebagian besar daerah kantong berpenduduk padat itu hancur menjadi puing-puing. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti

Pemerintahan Trump Tutup Voice of America Digugat, Dinilai T...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Gugatan yang diajukan hari Jumat (21/3) malam menuduh pemerintahan Trump m...