Israel Menghentikan Semua Pasokan ke Gaza, Apa Yang Terjadi?

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Israel telah menghentikan masuknya semua makanan dan barang lainnya ke Gaza, sebagai bentuk pengepungan yang dilakukannya pada hari-hari awal perangnya dengan Hamas. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan penyedia bantuan kemanusiaan lainnya mengkritik keras keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
“Alat pemerasan,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. “Tindakan hukuman kolektif yang sembrono,” kata Oxfam. Mediator utama Mesir menuduh Israel menggunakan “kelaparan sebagai senjata.”
Kelaparan telah menjadi masalah selama perang bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza, dan beberapa pakar bantuan telah memperingatkan kemungkinan terjadinya kelaparan. Sekarang ada kekhawatiran tentang hilangnya kemajuan yang dilaporkan para pakar dalam enam pekan terakhir gencatan senjata.
Israel berusaha menekan kelompok militan Hamas untuk menyetujui apa yang digambarkan oleh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata alih-alih memulai negosiasi pada fase kedua yang jauh lebih sulit. Pada tahap kedua, Hamas akan membebaskan sandera yang masih hidup sebagai imbalan atas penarikan Israel dari Gaza dan gencatan senjata yang langgeng.
Berikut ini sekilas tentang apa arti keputusan Israel dan reaksinya.
Tidak Ada Kabar dari AS
Tahap pertama gencatan senjata berakhir hari Minggu (2/3) dini hari. Beberapa menit kemudian, Israel mengatakan mendukung usulan baru untuk memperpanjang tahap itu hingga hari raya Paskah Yahudi pada pertengahan April.
Israel menyebut usulan itu sebagai usulan AS dari utusan Timur Tengah, Steve Witkoff. Israel juga memperingatkan bahwa mereka dapat melanjutkan perang setelah tahap pertama jika mereka yakin negosiasi tidak efektif.
Negosiasi pada tahap kedua dimaksudkan untuk dimulai sebulan yang lalu, meningkatkan ketidakpastian seputar gencatan senjata yang rapuh. Hamas bersikeras agar perundingan itu dimulai.
Kemudian pada hari Minggu, Israel mengumumkan penghentian segera bantuan ke Gaza.
Pemerintahan Trump belum mengeluarkan pernyataan tentang pengumuman Israel atau keputusannya untuk menghentikan bantuan. Juga tidak jelas kapan Witkoff akan mengunjungi Timur Tengah lagi. Ia diperkirakan akan berkunjung pekan lalu.
AS di bawah pemerintahan Biden menekan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza, mengancam akan membatasi dukungan senjata. Organisasi bantuan berulang kali mengkritik pembatasan Israel terhadap barang-barang yang memasuki wilayah pesisir kecil itu, sementara ratusan truk berisi bantuan terkadang menunggu untuk masuk.
Israel mengatakan telah mengizinkan cukup banyak bantuan. Israel menyalahkan kekurangan tersebut pada apa yang disebutnya ketidakmampuan PBB untuk mendistribusikannya, dan menuduh militan Hamas mennjarah bantuan.
Selama berbulan-bulan sebelum gencatan senjata, beberapa warga Palestina melaporkan membatasi makanan, mencari-cari di antara sampah, dan mencari rumput liar yang dapat dimakan karena persediaan makanan menipis.
600 Truk Bantuan Per Hari
Tahap pertama gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari dan memungkinkan lonjakan bantuan ke Gaza. Rata-rata 600 truk berisi bantuan masuk per hari. 600 truk bantuan harian itu dimaksudkan untuk terus masuk melalui ketiga tahap gencatan senjata.
Namun, Hamas mengatakan kurang dari 50% dari jumlah truk pengangkut bahan bakar yang disepakati, untuk generator dan keperluan lainnya, diizinkan masuk. Hamas juga mengatakan masuknya hewan hidup dan pakan ternak, yang penting bagi ketahanan pangan, ditolak masuk.
Meski demikian, warga Palestina di Gaza berhasil menimbun sejumlah persediaan. "Gencatan senjata membawa sejumlah bantuan yang sangat dibutuhkan bagi Gaza, tetapi masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar," kata Dewan Pengungsi Norwegia, hari Minggu.
Pengumuman Israel itu disampaikan beberapa jam setelah umat Muslim di Gaza merayakan buka puasa pertama selama bulan suci Ramadan, dengan meja-meja panjang disiapkan untuk makan bersama yang meliuk-liuk di antara puing-puing bangunan yang hancur akibat perang.
Pemutusan bantuan yang tiba-tiba itu membuat warga Palestina bergegas ke pasar. Harga di Gaza "langsung naik tiga kali lipat," kata Mahmoud Shalabi, wakil direktur program Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza utara, kepada The Associated Press.
Implikasi Hukum
Yang menonjol dalam kritik langsung terhadap pemutusan bantuan Israel adalah pernyataan yang menyebut keputusan itu sebagai pelanggaran.
“Hukum humaniter internasional jelas: Kami harus diizinkan mengakses untuk mengirimkan bantuan penting yang menyelamatkan nyawa,” kata kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher.
Beberapa jam setelah pengumuman Israel, lima kelompok non pemerintah meminta Mahkamah Agung Israel untuk mengeluarkan perintah sementara yang melarang negara itu mencegah bantuan memasuki Gaza, dengan mengklaim bahwa tindakan tersebut melanggar kewajiban Israel berdasarkan hukum internasional dan merupakan kejahatan perang: “Kewajiban ini tidak dapat dikondisikan pada pertimbangan politik.”
Tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengatakan ada alasan untuk percaya bahwa Israel telah menggunakan “kelaparan sebagai metode peperangan” ketika mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu. Tuduhan tersebut juga menjadi inti kasus Afrika Selatan di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan genosida.
Pada hari Minggu, Kenneth Roth, mantan kepala Human Rights Watch, mengatakan Israel sebagai kekuatan pendudukan memiliki “kewajiban mutlak” untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan berdasarkan Konvensi Jenewa, dan menyebut keputusan Israeln “dimulainya kembali strategi pemberantasan kejahatan perang” yang berujung pada surat perintah ICC. (AP)
Editor : Sabar Subekti

Pakistan: Kelompok Militan Sandera 450 Penumpang Kereta Api
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Militan bersenjata menyandera ratusan penumpang kereta pada hari Selasa (...