Israel Menolak Berunding Selama Palestina Luncurkan Roket
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM - Israel tidak akan kembali ke meja perundingan untuk menghentikan konflik di Gaza selama para pejuang Palestina terus melancarkan serangan roket lintas perbatasan, kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Minggu (10/8).
"Israel tidak akan terlibat dalam perundingan-perundingan selama serangan roket terus dilakukan, dan akan terus bertindak dalam segala cara untuk mengubah realitas sekarang dan membawa ketenangan bagi semua warganya," katanya dalam sidang kabinet di kementerian pertahanan di Tel Aviv, kata kantornya.
Pernyataan-pernyataan diucapkan saat para perunding Palestina di Kairo mengancam akan meninggalkan usaha-usaha untuk menengahi penghentian lebih dari sebulan pertumpahan darah di Gaza jika Israel tidak mengirim satu tim untuk ikut perundingan pada pukul 1300 GMT (20.00 WIB) hari Minggu (10/8).
Hari Jumat, Israel menarik timnya ke luar dari perundingan-perundingan di Kairo setelah menuduh Hamas melanggar gencatan senjata tiga hari dan serangan roket ke Israel selatan dimulai kembali.
Netanyahu mengatakan operasi Israel tidak akan dihentikan, yang dimulai dengan satu serangan udara 8 Juli.
Serangan darat dilancarkan pada 17 Juli berakhir ketika pasukan mundur Selasa (5/8) lalu.
Israel mempertahankan pasukannya di perbatasan Gaza dan melakukan sejumlah serangan udara terhadap target-target di Jalur Gaza sejak gencatan senjata 72 jam berakhir Jumat (8/8) pagi.
"Operation Protective Edge (operasi perlindungan perbatasan) akan dilanjutkan dan itu tidak akan berakhir. Operasi itu akan terus sampai kita mencapai tujuan-tujuan kita -kembali tenang untuk jangka panjang," kata Netanyahu.
"Itu akan memerlukan waktu dan kita membutuhkan kesabaran," katanya.
Menjelang sidang kabinet, dua menteri berhaluan keras menyerukan pasukan untuk kembali ke Gaza dan menggulingkan Hamas, pemegang kekuasaan de-facto di wilayah Palestina itu.
"Situasi ini tidak dapat dilanjutkan," kata Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman kepada wartawan.
"Tidak diragukan bahwa satu yang harus dilakukan sekarang adalah menyingkirkan Hamas, membebaskan wilayah itu dan mengusirnya secepat mungkin."
Menteri Dalam Negeri Gideon Saar setuju.
"Yang harus kita lakukan adalah memecah kekuatan militer Hamas di Gaza," katanya tanpa menjelaskan lebih jauh.
Dan warga Gaza mengalami satu hari lagi yang mencekam sementara angkatan udara Israel melancarkan 29 serangan udara, membunuh seorang remaja yang berusia 17 tahun di satu lapangan dekat rumahnya yang pihak Israel lukiskan sebagai "pelaku teror terkenal".
Delapan serangan roket Palestina melanda bagian selatan Israel tapi tak menimbulkan kerusakan, kata tentara.
Sedangkan sejak gencatan senjata 72 jam berakhir Jumat, Gaza telah dilanda kekerasan demi kekerasan, dengan militer Israel menyerang lebih 150 sasaran dan membunuh 15 orang, dan para militan Palestina yang melancarkan 110 roket, 80 di antaranya jatuh di wilayah Israel.
Di Gaza, sekelompok anak muda meneriakkan kata-kata "Allahu Akbar" setelah jasad remaja Palestina itu dikafankan dengan bercak darah menetes dan ditutup dengan bendera Fatah, dibawa pulang untuk dikebumikan.
Di Tepi Barat, seorang anak Palestina yang berusia 11 tahun ditembak hingga mati oleh tentara Israel ketika dia bermain di luar rumahnya di satu kamp pengungsi dekat Hebron, kota di bagian selatan Israel, kata kerabat dan petugas medis.
"Dia ditembak di bagian belakangnya dan peluru keluar dari perutnya," kata Yussef al-Anati, paman anak itu, meratap. Kemejanya masih berlumur darah setelah membawa keponakannya ke rumah sakit.
Operasi di Gaza yang dilakukan Israel telah memicu serangkaian protes hampir tiap hari di Tepi Barat. Selama protes sebanyak 16 warga Palestina meninggal, kata kementerian kesehatan yang berkedudukan di Ramalah. (AFP)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...