Israel Siap Perpanjang Gencatan Senjata Tanpa Syarat
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Israel bersiap memperpanjang gencatan senjata 72 jam di Gaza tanpa syarat, setelah pertempuran sengit dengan Hamas selama hampir sebulan, ungkap seorang pejabat pada Rabu (6/8).
“Israel tidak mempermasalahkan perpanjangan gencatan senjata tanpa syarat,” ungkap pejabat itu kepada AFP tanpa menyebutkan namanya. Gencatan senjata saat ini, yang mulai diberlakukan pada Selasa, akan berakhir pada Jumat pukul 8.00 pagi waktu setempat. Namun, sebelumnya Hamas mengatakan belum ada pembicaraan tentang perpanjangan gencatan senjata.
Pertempuran antara Israel dan Hamas telah membunuh 1.875 warga Palestina dan 67 orang dari pihak Israel, ungkap beberapa pejabat. Kematian 64 tentara Israel tersebut merupakan jumlah korban terbanyak sejak perang 2006 melawan Hizbullah.
Berburu Obat-obatan
Sebanyak 1,8 juta warga Gaza berkelana ke jalan-jalan untuk mencari makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya, mengambil keuntungan dari 72 jam jeda dalam serangan Israel dan serangan udara.
Yang lain yang tinggal di tempat penampungan kembali—setelah sebulan perang—ke rumah mereka untuk menyelamatkan yang tersisa dari mereka. Mereka mengais puing-puing rumah. Beberapa berjalan melalui lingkungan mereka, memperhatikan kerusakan.
“Kami tidak ingin ada perang lagi,” kata Umi Mohammed Ja'al, perempuan tua dari lingkungan Sabra Gaza City. Ia menambahkan bahwa 20 orang dari keluarganya telah dibunuh. “Kami ingin pembunuhan berhenti. Kami kehilangan rumah kami. Ada banyak korban meninggal.”
Jeda ini juga menawarkan kesempatan untuk menguburkan orang mati. Sebuah prosesi pejuang dari Jihad Islam Palestina membawa tubuh salah satu pejuang mereka terbunuh dari Rumah Sakit Al Shifa menyusuri jalan utama Gaza ke pemakaman, dan menembakkan semburan senjata otomatis untuk memberi hormat.
Perundingan di Kairo
Gencatan senjata adalah jeda terpanjang, sejak perang dimulai pada 8 Juli lalu, menurut pejabat Palestina dan Israel. Para pejabat berharap dapat mengatur fondasi untuk pembicaraan tentang perdamaian abadi.
Pengaturan keamanan dan akses perdagangan ke Jalur Gaza diharapkan menjadi isu inti dari pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Mesir. Para pejabat Mesir menengahi pembicaraan, dengan bantuan para diplomat AS.
Israel ingin memastikan Hamas tidak dapat membangun kembali roket dan kemampuan militernya, sementara Hamas menginginkan blokade Israel barang dan orang ke Gaza dicabut.
Di pusat musyawarah tersebut, menurut diplomat AS, Israel, dan Arab, adalah dorongan untuk menempatkan Otoritas Palestina—dipimpin Mahmoud Abbas—dan Mesir agar melucuti Hamas dan membuka Gaza untuk pembangunan ekonomi.
Diplomat ini mengatakan Otoritas Palestina mungkin diberi tugas berjaga arus di perbatasan Gaza dengan Mesir dan Israel, yang akan diperlukan untuk memperlancar aliran bantuan kemanusiaan.
Mengakhiri blokade tujuh tahun Israel dan Mesir dari Gaza merupakan salah satu tuntutan utama Hamas. Tapi, tidak jelas apakah Hamas akan menolak dorongan untuk memberi Abbas peran yang lebih besar di Gaza. Presiden Palestina juga merupakan Ketua Fraksi politik Fatah, saingan Hamas. (AFP/wallstreetjournal.com)
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...