Israel Tak Larang Umat Muslim Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa
JERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – KepolisianIsrael mengatakan mereka tidak berencana untuk melarang jemaah muda muslim untuk melakukan Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, meskipun telah terjadi kekerasan di kota itu.
"Sejauh ini, pembatasan masuknya jamaah tidak akan dikenakan," kata juru bicara kepolisian Luba Samri dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari aljazeera.com, Kamis (20/11) malam.
Dia mengatakan situasi akan terus dikaji pada malam hari jika ada kasus perubahan dan menjadi perlu.
"Ini adalah adegan yang cukup tenang, dan melebihi yang di pemberitaan media di sini dari apa pun," kata reporter Al Jazeera Imtiaz Tyab, melaporkan dari Yerusalem Timur.
Israel menghapus pembatasan pengunjung di masjid pekan lalu setelah Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengumumkan kesepakatan tentang langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dalam pembicaraan di Yordania, yang memiliki hak pengelolaan atas kompleks Bait Allah tersebut.
Situs yang suci bagi Yahudi maupun Muslim ini memang telah menjadi fokus dari sebulan kerusuhan di Yerusalem Timur, dan akhirnya menyebar ke Tepi Barat yang diduduki dan kewilayah masyarakat Arab di Israel, dan menimbulkan kekhawatiran dari pemberontakan baru di Palestina.
Bentrokan di kompleks masjid biasanya dipimpin oleh orang-orang Palestina yang lebih muda. Beberapa di antaranya pada awal bulan ini melemparkan batu dan petasan ke arah polisi yang memasuki kompleks dan Al-Aqsa itu sendiri.
Sementara itu, Israel pada hari Jumat menangkap empat warga Palestina yang dicurigai merencanakan untuk membunuh Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman dengan roket anti-tank sementara ia pergi ke pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki, kata para pejabat Israel.
Sebuah pernyataan oleh dinas intelijen dalam negeri Shin Bet Israel mengidentifikasi tiga dari para tahanan sebagai anggota Hamas.
Mengutip pengakuan mereka diinterogasi, katanya mereka berharap membunuh Lieberman "akan menyampaikan pesan kepada Negara Israel untuk mengakhiri blokade atas Gaza".
Hamas yang menguasai Jalur Gaza meskipun secara resmi di bawah pemerintahan Abbas, tidak membenarkan atau membantah tuduhan tersebut.
"Kami tidak memiliki informasi tentang masalah ini. Namun, kami menekankan bahwa pemimpin Israel yang bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak dan perempuan dan untuk mencemarkan tempat suci adalah target sah bagi perlawanan," kata Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri.
Akses Israel untuk situs paling suci Yerusalem, yang merupakan tempat tersuci ketiga bagi Islam dan tempat Bait Allah pernah berdiri, sangat sensitif bagi orang Palestina, yang jadi pemicu serangan mematikan terhadap orang-orang Yahudi di jalan-jalan kota dan sinagoga.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...