Salam 3 Jari, 3 Mahasiswa Thailand Ditahan
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM – Tiga mahasiswa Thailand ditahan polisi pada Kamis, (20/11) karena membagi-bagikan tiket gratis film terbaru seri Hunger Gmaes, yang mana demonstran Thailand mengambil sikap perlawanan terhadap sebuah pemerintahan yang otoriter.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memimpin kudeta militer pada 22 Mei lalu. Militer telah membatalkan beberapa demonstrasi publik terhadap perlawanan kudeta dan larangan pertemuan politik di tempat.
Sesegera mungkin setelah kudeta, beberapa pengunjuk rasa melintas hormat tiga jari terinspirasi oleh seri Hunger Games. ‘Salute’ telah menjadi lambang pengunjuk rasa Thailand pro-demokrasi, dan pemerintah Thailand telah memperingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan itu.
"Tanda tiga jari adalah tanda untuk menunjukkan bahwa saya menyerukan hak dasar saya untuk menjalani hidup saya," kata Natchacha Kongudom mahasiswa Universitas Bangkok kepada wartawan sebelum dibawa ke tahanan.
Kolonel Polisi Visoot Chatchaidet mengatakan kepada wartawan bahwa mahasiswa tersebut belum ditangkap. "Kami hanya mengundang mereka untuk berbicara," katanya.
Natchacha adalah pendukung dari Thailand Student Centre untuk Demokrasi (TSCD) yang mendistribusikan lebih dari 100 tiket untuk menonton film di bioskop satu Bangkok. Bioskop APEX membatalkan pemutaran film tersebut. APEX menolak untuk mengomentari alasan pembatalan pada hari Kamis.
Namun, TSCD menolak bahwa aksi membagikan tiket bioskop tersebut merupakan aksi protes.
“Mungkin ada beberapa pesan tersembunyi dalam film ini, tapi kami juga termasuk kelompok yang menikmati film, "kata penyelenggara TSCD Ratthapol Supasopon kepada wartawan sebelum dibawa ke tahanan.
Tiga Mahasiswa ditahan karena membawa salinan novel George Orwell 1984, yang juga telah digunakan sebagai simbol protes oleh mereka yang menentang pemerintahan militer Thailand.
Penahanan tiga mahasiswa tersebut terjadi sehari setelah aksi protes ketika Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha berpidato di utara kota Khon Khaen, kota yang menjadi markas perlawanan terhadap pemerintahan junta militer.
Dalam aksi protes tersebut, lima orang ditahan karena memperlihatkan aksi ‘salute’ dan mengenakan kaos bertuliskan slogan "Kami tidak mendukung kudeta".
“Tidak apa-apa, mereka tidak mengerti kebenaran," kata Prayuth di atas panggung saat ia melihat para demonstran. (Reuters)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...