Israel Tolak Masuk Anggota Tim Sepak Bola Gaza
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Israel menolak permohonan kunjungan kebanyakan anggota sebuah tim sepak bola Gaza yang dijadwalkan akan bertanding dengan tim Tepi Barat pekan ini.
Dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, mengatakan, pemeriksaaan keamanan menunjukkan informasi bahwa kebanyakan anggota tim itu memiliki keterkaitan dengan terorisme. Namun Shin Bet tidak merincinya lebih jauh.
Gisha, sebuah kelompok HAM Israel, mengatakan, sebuah pengadilan Israel telah berpihak kepada negara terkait isu itu, Senin (23/9), yang artinya pertandingan yang dijadwalkan Rabu tidak akan berlangsung.
Penduduk Gaza berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak kelompok militan Hamas berkuasa pada 2017 dan mengharuskan orang-orang Gaza mendapatkan izin terlebih dahulu untuk berpergian.
Para pengritik mengatakan, belakangan izin itu sulit diperoleh. Israel membantah tudingan itu, dan mengatakan pihaknya telah memberikan ribuan izin ke warga Gaza yang tidak pernah terlibat dalam aksi teror.
Presiden Israel Reuven Rivlin, (tengah), dalam rapat di Yerusalem, Minggu, 22 September 2019. Dari kanan: Osama Saadi, Mansour Abbas, Ahmad Tibi, Ayman Odeh. (Foto: VOA)
Sementara itu, Presiden Israel akan melangsungkan pembicaraan hari kedua atau terakhir dalam usahanya memilih perdana menteri baru dan mencari solusi bagi kebuntuan politik, sewaktu ia, Senin (23/9), bertemu dengan partai-partai yang lebih kecil yang berhasil meraih kursi pada pemilu parlemen pekan lalu.
Reuven Rivlin akan mendengarkan rekomendasi partai-partai yang lebih kecil mengenai siapa yang pantas memimpin pemerintahan.
Dua partai ultra-ortodoks dan sebuah partai nasional agama diperkirakan akan merekomendasikan PM Israel Benjamin Netanyahu, sementara dua partai pendukung rekonsiliasi mendukung Benny Gantz dari Partai Biru dan Putih.
Pembicaraan presiden pasca-pemilu umumnya sekadar formalitas, namun presiden yang umumnya memegang jabatan seremonial kini memainkan peran kunci setelah hasil pemilu yang hampir imbang. Ia diperkirakan akan mengumumkan pilihannya pada Rabu (23/9).
“Satu hal yang umumnya disetujui banyak orang dan menjadi keinginan mereka adalah tidak dilangsungkannya pemilu ketiga,” kata Rivlin.
Presiden Israel kemungkinan akan memilih kandidat yang paling mendapat banyak rekomendasi, yakni Gantz atau Netanyahu. Siapapun yang terpilih kemudian akan memiliki waktu 28 hari untuk membentuk sebuah pemerintah.
Jika kandidat pertama yang terpilih gagal membentuk pemerintah dalam waktu itu, kandidat kedua akan diberi kesempatan. Jika ia juga gagal, negara itu harus melangsungkan pemilu ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya. (VOA)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...