Greta Thunberg Sampaikan Pidato Emosional di KTT Perubahan Iklim PBB
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Aktivis lingkungan Greta Thunberg menyampaikan pidato yang emosional di hadapan para pemimpin dunia di KTT Perubahan Iklim PBB.
Aktivis muda asal Swedia itu menuduh para pemimpin dunia gagal bertindak dalam mengatasi perubahan iklim.
“Kalian telah mencuri impian dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong kalian,” ujarnya.
Sekitar 60 pemimpin negara ikut serta dalam pertemuan satu hari yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Guterres sebelumnya mengatakan negara-negara hanya boleh berbicara di KTT jika mereka datang dengan rencana aksi untuk mengurangi emisi karbon.
Presiden AS Donald Trump, yang skeptis terhadap perubahan iklim, tidak diharapkan bakal hadir dalam pertemuan tersebut — tapi ia sempat terlihat di antara para hadirin.
Brasil dan Arab Saudi termasuk dalam negara-negara yang tidak ikut serta.
Apa yang Diungkapkan Greta Thunberg?
Dalam sebuah pidato yang emosional, Greta Thunberg berkata: “Ini salah. Saya seharusnya tidak berada di sini. Saya seharusnya kembali ke sekolah di seberang lautan, tapi kalian semua menggantungkan harapan kepada kami anak muda. Beraninya kalian?”
“Kalian telah mencuri mimpi saya dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong kalian,” kata gadis berusia 16 tahun itu.
Dan ia mendesak para pemimpin dunia untuk segera bertindak, dengan mengatakan: “Kami akan mengawasi kalian.”
Apa Kata Para Pemimpin Dunia?
Guterres, yang mengorganisir pertemuan ini, mengatakan bahwa dalam hal perubahan iklim, dunia “berada di dalam lubang yang dalam” dan bahwa tindakan mendesak diperlukan.
“Waktu hampir habis, tapi belum terlambat,” katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan negaranya akan melipatgandakan komitmen finansialnya untuk mengatasi pemanasan global menjadi menjadi €4 miliar (Rp61 triliun).
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan organisasi internasional telah berjanji untuk memberikan tambahan bantuan sebanyak US$500 juta (Rp7 triliun) untuk melindungi hutan tropis.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan keadaan “mulai berbalik” di negara itu.
“Emisi kotor kami memuncak pada 2006, lebih dari 80 persen listrik kami dipasok dari pembangkit listrik tenaga air dan angin, dan kami telah memulai agenda ambisius.”
“Kami telah mengajukan rancangan undang-undang karbon nol di parlemen, yang bertujuan memastikan Selandia Baru berada dalam ambang batas pemanasan global 1,5C demi menghindari peristiwa bencana cuaca bagi tetangga kami di Pasifik.”
Peringatan dari Para Ilmuwan
KTT Perubahan Iklim di New York digelar beberapa hari setelah beberapa juta orang di seluruh dunia ikut serta dalam aksi unjuk rasa yang disebut climate strike. Aksi tersebut dipimpin oleh para aktivis muda.
Menjelang pertemuan tersebut, para ilmuwan memperingatkan bahwa tanda-tanda dan dampak pemanasan global muncul semakin cepat.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer antara tahun 2015 dan 2019 naik sebesar 20 persen dibandingkan lima tahun sebelumnya.
“Kita harus mendengarkan seruan nyaring dari anak-anak sekolah ini,” kata Profesor Brian Hoskins, ketua Grantham Institute, Imperial College London, dan profesor meteorologi di University of Reading.
“Ada keadaan darurat — keadaan yang membutuhkan tindakan segera untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kita menuju nol serta beradaptasi dengan perubahan iklim yang tak terhindarkan,” ujarnya. (bbc.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...